REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kinerja PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tercatat positif dengan berkontribusi pertumbuhan produksi migas sebesar 7 persen berbanding tahun lalu serta laba bersih sebesar US$ 4.67 Milyar di tahun 2022. Sebuah capaian yang dinilaibharus disyukuri bersama.
"Capaian PHE ini adalah capaian yang menggembirakan, meski kita tahu proses yang dilalui tidaklah mudah," terang Anggota Komisi VI DPR RI Intan Fauzi dalam keterangan persnya, Senin (26/6/2023).
Dalam Sosialisasi bersama mitra kerja Komisi VI DPR RI yaitu PHE di Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Sabtu, 17 Juni 2023 itu, Intan menyebutkan PHE selaku Subholding Upstream berperan sebagai kontributor utama produksi migas nasional. Tercatat PHE memberikan kontribusi sebesar 68% produksi minyak nasional dan 34% produksi gas nasional.
Intan Fauzi merujuk data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dimana bauran komposisi energi akan berubah perlahan hingga tahun 2050. Energi baru terbarukan (EBT) diperkirakan akan mendominasi kebutuhan energi nasional.
"Volume kebutuhan akan energi fosil pun akan terus meningkat sehingga PHE sebagai kontributor utama harus konsisten menjalankan proses bisnis secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional," jelasnya.
Diungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan energi nasional PHE telah menjalankan tiga strategi utama. Pertama untuk melawan laju penurunan alamiah di wilayah kerja eksisting, PHE melakukan pengeboran sumur pengembangan dan perawatan sumur.
Strategi kedua, PHE juga melakukan pengeboran sumur eksplorasi untuk mencari potensi cadangan baru untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Dalam strategi terakhir, PHE menjalankan akuisisi di wilayah kerja baru dengan bekerjasama melalui partner dan melakukan ekspansi.
Selanjutnya, lanjut Intan Fauzi, dalam rangka mendukung Green Strategy PT Pertamina (Persero), PHE tentunya berupaya untuk melakukan berbagai macam program dekarbonisasi. Salah satunya melalui pemanfaatan sumber energi gas sebagai energi transisi yang rendah emisi dan ramah lingkungan.
Hal ini tercermin dari project gas yang telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, KH Maruf Amin pada tahun 2022 yaitu Proyek Strategis Nasional pengembangan lapangan unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Jawa Timur dan temuan potensi cadangan gas melalui pengeboran sumur eksplorasi di beberapa wilayah Indonesia.
Seluruh strategi yang dijalankan memiliki kebutuhan pendanaan yang tidak sedikit sehingga PHE perlu mendapatkan dukungan dari berbagai aspek, di antaranya pendanaan dan langkah-langkah investasi yang transparan agar kegiatan
operasional bisa berjalan lancar untuk menjaga ketahanan energi nasional. "Saat ini, negara kita merupakan negara net importir minyak dimana produksi minyak dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan minyak nasional sehingga diperlukan komitmen pemenuhan target produksi minyak nasional," jelas Intan Fauzi.
Dengan tersedianya investasi, baik melalui pasar keuangan maupun partnership, maka PHE dapat berkembang dan menjaga keberlanjutan hulu migas nasional serta diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan migas dalam negeri.