REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR — Petani di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diminta mengantisipasi kekurangan pasokan air saat musim kemarau. Terkait hal itu, Bupati Cianjur Herman Suherman menyarankan petani menanam tanaman palawija ketimbang padi.
Khususnya petani yang menggarap lahan sawah tadah hujan. “Saat memasuki musim kemarau, petani yang biasa menanam padi dapat mengganti dengan tanaman palawija, seperti kacang kedelai, jagung, dan ubi, atau komoditas lain yang tahan, meski kekurangan air,” kata Bupati, Senin (26/6/2023).
Bupati mengatakan, langkah tersebut untuk menghindari potensi kerugian. Jika memaksakan menanam padi saat musim kemarau yang rawan kekurangan air, kata dia, dikhawatirkan padi puso dan akhirnya gagal panen.
“Jangan memaksakan diri menanam padi yang membutuhkan banyak air saat kemarau. Agar tidak merugi, lebih baik tanam palawija,” ujar Bupati.
Sejumlah lahan pertanian di wilayah Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, dikabarkan tidak ditanami sementara ini karena kurangnya pasokan air. “Lahan pertanian sekitar belasan hektare dibiarkan tidak ditanami karena sumber air sangat sedikit,” kata salah satu warga desa setempat, Nurjanah (43 tahun).
Menurut Nurjanah, warga di desanya juga kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk mendapatkan air, sejumlah warga mesti berjalan kaki sejauh kurang lebih dua kilometer dan menuruni tebing dengan ketinggian sekitar 50 meter untuk sampai ke mata air.
“Sudah tiga pekan kami kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur dan kolam resapan yang ada di perkampungan tidak lagi berisi pasokan air. Sebelum kemarau tiba daerah kami sudah sulit mendapatkan air. Harapan kami, ada sumur bor bantuan pemerintah,” ujar Nurjanah.
Mengantisipasi potensi kekeringan atau kesulitan air bersih, Bupati sebelumnya mendorong pemerintah desa untuk membangun embung untuk menampung air atau kolam resapan.