Selasa 27 Jun 2023 14:46 WIB

Cina Tawarkan Kerja Sama Militer yang Lebih Erat dengan Vietnam

Menhan Cina dan Vietnam bertemu setelah kapal induk AS singgah di pelabuhan Danang.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Cina Li Qiang (kanan) memimpin jalan bagi Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh selama upacara penyambutan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Cina, 26 Juni 2023.
Foto: EPA-EFE/GREG BAKER
Perdana Menteri Cina Li Qiang (kanan) memimpin jalan bagi Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh selama upacara penyambutan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Cina, 26 Juni 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina bersedia bekerja sama dengan Vietnam untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama tingkat tinggi antara militer mereka, Menteri Pertahanan Cina, Li Shangfu mengatakan pada Selasa (27/6/2023) saat ia bertemu dengan mitranya dari Vietnam.

Dalam pertemuan mereka di Beijing, Li mengatakan bahwa situasi internasional saat ini sedang kacau dan saling terkait, dan keamanan kawasan Asia-Pasifik sedang menghadapi tantangan, demikian ungkap kementerian pertahanan Cina dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

"Cina dan Vietnam harus terus bekerja sama dan bersatu dalam perjalanan baru sosialisme, menjaga kepentingan strategis bersama kedua negara, dan memberikan kontribusi positif bagi perdamaian dan stabilitas regional," kata Li dalam pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Vietnam, Phan Van Giang.

Li mengatakan kepada Phan bahwa hubungan antara militer mereka telah berkembang dengan baik, dan menambahkan bahwa militer Cina bersedia untuk mendorong hubungan ke tingkat yang baru.

Pertemuan mereka terjadi setelah USS Ronald Reagan singgah di pelabuhan Danang, Vietnam, pada hari Ahad (25/6/2023) lalu. Ini adalah kunjungan ketiga kapal induk AS sejak berakhirnya Perang Vietnam.

Kunjungan angkatan laut AS ini dilakukan di tengah ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat di Laut Cina Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh Cina. Kedua negara saling berebut pengaruh di wilayah yang kaya akan energi di wilayah tersebut.

Dalam beberapa minggu terakhir, Li telah bertemu dengan komandan pasukan pertahanan Afrika Selatan dan panglima angkatan darat Thailand. Namun ia belum mengadakan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.

Baik Li maupun Austin menghadiri pertemuan keamanan di Singapura pada awal Juni lalu, namun Li menolak tawaran pertemuan.

Li, yang ditunjuk sebagai menteri pertahanan pada bulan Maret, berada di bawah sanksi AS atas perannya dalam pembelian senjata pada tahun 2017 dari eksportir senjata terbesar di Rusia. Cina telah mengatakan bahwa mereka ingin agar sanksi-sanksi tersebut dicabut untuk memfasilitasi diskusi.

Ketika ketegangan memanas di Laut Cina Selatan, di mana beberapa negara memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih, kedua negara juga mengadakan latihan militer di perairan ini. Alhasil setiap upaya pencairan hubungan militer Cina-AS selalu gagal, karena ketegangan selalu terjadi.

Upaya Menteri Luar Negeri Anthony Blinken ke Beijing untuk mencairkan ketegangan juga gagal. Beijing membatalkan tiga jalur utama komunikasi militer dengan Amerika Serikat pada bulan Agustus tahun lalu sebagai tanggapan marah atas kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement