REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah luka vagina mungkin terdengar sedikit menakutkan, namun sering terjadi pada wanita yang aktif secara seksual. Kondisi lecet, luka, dan robekan kecil ini biasanya tidak serius, tetapi bisa membuat tidak nyaman dan mengganggu.
"Robekan vagina relatif umum, bahkan pada wanita yang tidak memiliki kelainan yang mendasarinya," kata seorang ginekolog di Live Well di WNC di Asheville, Carolina Utara, Grace Evins, dikutip dari Everyday Health.
Menurut UW Medicine, penyebab paling umum robekan atau luka kecil pada vagina, selain karena melahirkan, adalah penetrasi saat berhubungan seks.
Untungnya, sebagian besar luka pada vagina tidak serius secara medis. Jika mengetahui penyebabnya dan menganggapnya dangkal, kunjungan ke dokter tidak diperlukan. Tetapi itu tidak berarti harus mengabaikannya sebagai masalah besar.
Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh luka pada vagina dapat membuat berhubungan intim menjadi tidak menyenangkan dan dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Kabar baiknya adalah terdapat cara guna membantu mencegah terjadinya robekan sejak awal.
Beberapa penyebab luka vagina bisa dikarenakan faktor kekeringan sehingga menimbulkan gesekan, dan menyebabkan robekan maupun lecet. Faktor lainnya seperti menopause, kurang roleplay dan riwayat pelecehan seksual.
Evins mengatakan, vagina memiliki pertahanan alami untuk mengurangi kemungkinan cedera. "Ada estrogen yang jauh lebih tinggi pada wanita pramenopause, dan banyak faktor yang menciptakan area lebih kuat dan tidak terlalu rentan terhadap kerusakan pada kulit superfisial atau mukosa vagina," jelas Evins.
Bagaimana luka vagina dapat dicegah?
1. Pelumas
Pelumas yang juga disebut lube adalah sarana yang sangat membantu dengan segala jenis penetrasi berhubungan intim. Menurut Ashley Rawlins PT DPT, seorang dokter terapi fisik yang berspesialisasi dalam kesehatan panggul dan kebidanan di Origin Physical Therapy di Dallas, sudah banyak jenis produk yang dapat dipilih.
Pelumas berbahan dasar air adalah yang paling umum. Sebelum membeli, pastikan pelumas tidak mengandung bahan yang mengiritasi seperti parafin, propilen glikol, gliserin, minyak bumi, atau bahan berbahan dasar minyak bumi. Rawlins juga merekomendasikan untuk menghindari pelumas yang memiliki aroma dan rasa, karena bisa mengiritasi jaringan mukosa, terutama jika sudah kering atau sensitif.
Pelumas beraroma mengandung gula dan dapat menyebabkan infeksi jamur, menurut University of Texas di Layanan Kesehatan Universitas Austin. Beberapa wanita disebut menyukai minyak alami seperti dari minyak kelapa alami dan zaitun.
Pelumas berbasis silikon juga sangat populer, sebagian karena cenderung bertahan lebih lama dibandingkan pelumas berbahan dasar air. Rawlins merekomendasikan untuk mencoba berbagai jenis pelumas untuk menemukan yang cocok untuk Anda.
2. Lebih banyak foreplay ketika berhubungan seks dengan suami/istri
Evins mengatakan, kelembapan yang meningkat dan biasanya dihasilkan dari foreplay akan mengurangi gesekan dan kemungkinan luka pada vagina. Foreplay yang meningkat memberi vagina waktu (dan motivasi) untuk melumasi dirinya sendiri secara alami.
3. Posisi seksual
Saat berhubungan seks yang melibatkan penetrasi, posisi tertentu dapat membuat luka vagina atau gesekan yang menyakitkan lebih mungkin terjadi. “Cobalah posisi yang memungkinkan wanita lebih mengontrol untuk mengurangi kemungkinan luka pada vagina,” kata Evins.
4. Estrogen vagina
Wanita pascamenopause yang memiliki masalah dengan kekeringan vagina dapat berbicara dengan dokter tentang penggunaan produk estradiol vagina yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Tersedia dengan resep, ada terapi dalam berbagai bentuk, termasuk krim, tablet, dan suppositoria vagina.
5. Terapi fisik
Jika layanan kesehatan menentukan bahwa luka vagina terkait dengan aktivitas dasar panggul yang berlebihan, ahli terapi fisik yang berspesialisasi dalam masalah dasar panggul dapat membantu.