REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kanada sampai Eropa pada pekan kedua Juni. Menurut Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus (CAMS) UE pada Selasa (27/6/2023), diperkirakan kondisi tersebut akan terus terjadi di sana hingga Kamis (29/6/2023).
Kebakaran hutan meningkat di Kanada pada bulan lalu dan terus meningkat hingga Juni. Kondisi ini menghasilkan rekor tingkat asap yang telah menempuh jarak jauh melintasi Atlantik dan mencapai Eropa.
"Fire radiative power (FRP) untuk negara secara keseluruhan dalam tiga pekan pertama Juni secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata 2003-2022, dengan perkiraan emisi karbon lebih dari 100 megaton untuk bulan itu," kata CAMS dikutip dari Anadolu Agency.
CAMS memperhatikan bahwa asap berdampak signifikan terhadap kualitas udara di Eropa. Badan tersebut mengatakan, sedang secara aktif melacak lokasi kobaran api aktif yang telah terjadi, mengukur intensitasnya, memperkirakan emisi, dan memprediksi dampak asap yang dihasilkan di atmosfer.
Pada awal Juni, asap dari karhutla di Kanada pun telah mengubah udara di wilayah Amerika Serikat (AS). Asap tersebut menutupi langit di wilayah Pantai Timur, termasuk New York, menjadi kekuningan dan memperpendek jarak pandang.
Atas kejadian itu, warga AS pun menggunjing dan menyalahkan Kanada. Beberapa media AS dengan terang-terangan menyoroti masalah itu dan melemparkan kritik atas dampak dari masalah karhutla di Kanada.