Rabu 28 Jun 2023 09:23 WIB

Presiden Belarusia: Jika Rusia Runtuh, Kami Semua akan Mati

Lukashenko mengatakan menyaksikan pemberontakan adalah hal yang menyakitkan

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menyatakan bahwa jika Rusia runtuh maka
Foto: Vyacheslav Viktorov via AP
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menyatakan bahwa jika Rusia runtuh maka "kami semua akan mati".

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menyatakan bahwa jika Rusia runtuh maka "kami semua akan mati". Pernyataan ini disampaikan setelah tentara bayaran Wagner memberontak terhadap Kremlin.

"Jika Rusia runtuh, kami akan tetap berada di bawah reruntuhan, kami semua akan mati," kata Lukashenko dalam sebuah upacara di ibu kota Minsk.

Baca Juga

Menyaksikan "pemberontakan bersenjata" di Rusia akhir pekan lalu adalah "menyakitkan", kata Lukashenko.

"Saya harus bilang sungguh menyakitkan bagi saya menyaksikan perkembangan terakhir di selatan Rusia. Banyak warga negara kami juga bersimpati kepada mereka. Ini karena tanah air kami satu," kata Lukashenko.

Lukasheno mengakui telah memerintahkan tentara Belarusia dalam siaga penuh selama peristiwa di Rusia itu. Mengenai kesepakatan yang ditengahi Lukashenko untuk mengakhiri konflik antara Wagner dan Kremlin, Presiden Belarusia itu meminta agar tidak menjadikan dia "pahlawan".

"Jangan menjadikan saya pahlawan, baik saya maupun (Presiden Rusia Vladimir) Putin atau (pemimpin Wagner Yevgeny) Prigozhin," kata dia.

"Karena kami membiarkan situasi itu terjadi begitu saja dan kemudian kami mengira konflik itu akan selesai dengan sendirinya, nyatanya tidak," sambung Lukashenko.

Dia juga mengklaim bahwa oposisi Belarusia juga sudah "mulai nyaring" di tengah peristiwa yang terjadi di Rusia, tetapi mereka salah.

"Mereka (oposisi Belarusia) berusaha keras menunjukkan paling tidak hasil kerja mereka kepada bos-bos mereka. Mereka bahkan telah mengeluarkan seruan dan menerbitkan rencana yang menunjukkan kesiapan mengimplementasikan skenario pemberontakan bersenjatanya sendiri," kata dia.

Sebelumnya pada 24 Juni, pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, menuding Kementerian Pertahanan Rusia menyerang petempur-petempurnya, dan mendeklarasikan "Unjuk Keadilan" dan bergerak dari perbatasan Ukraina ke kota Rostov-on-Don di Rusia.

Prigozhin bahkan berencana mengerahkan pasukannya ke Moskow untuk "menggulingkan para pimpinan militer."

Badan Keamanan Federal menyebut tindakan kelompok Wagner itu "pemberontakan bersenjata". Badan ini mengajukan gugatan pidana terhadap Prigozhin. Namun sebelum tiba di Moskow, Prigozhin dan pasukannya memutuskan mundur untuk menghindari pertumpahan darah di Rusia.

Lukashenko mengatakan dia turut membantu dalam penyelesaian konflik tersebut dengan berunding bersama pemimpin Wagner itu dan mendesak Prigozhin agar menerima kesepakatan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement