REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai merupakan hal yang sangat penting. Namun, tidak semua daerah memiliki akses mudah ke fasilitas kesehatan, terutama di daerah pedalaman atau terpencil.
Untuk mengatasi masalah ini, Yayasan Baitulmaal (YBM) PLN meluncurkan Program Bidan Cahaya. Program ini dirancang untuk memberikan pelayanan kesehatan di daerah yang masih kekurangan fasilitas kesehatan, dengan bantuan tenaga bidan sebagai fasilitator penggerak masyarakat.
Deputi Direktur YBM PLN, Salman Al Farisi mengatakan, program Bidan Cahaya secara khusus ditargetkan di daerah yang membutuhkan. Bidan Cahaya bukan hanya bertugas sebagai penyedia layanan kesehatan, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam masyarakat.
“Program ini bertujuan untuk membawa perubahan positif dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan mengubah kebiasaan yang tidak sehat menjadi lebih baik,” ujar Salman dalam Webinar Hari Bidan Nasional 2023 bertema "Tantangan Kesehatan Nasional dan Peran Penting Bidan", Selasa (27/6/2023)
Salman menjelaskan, program Bidan Cahaya memiliki tiga model level penugasan. Pada level pertama, seorang Bidan Cahaya ditempatkan di desa yang tidak memiliki bidan lokal selama satu tahun. Setelah setahun, diharapkan desa tersebut akan memiliki bidan lokal sehingga pada tahun kedua, Bidan Cahaya dapat pindah ke level dua.
Pada level dua, Bidan Cahaya bekerja sebagai mitra, mendampingi putra daerah setempat yang dididik untuk menjadi bidan melalui pendidikan kebidanan. Sedangkan pada level ketiga, Bidan Cahaya sudah dapat bekerja secara mandiri di daerah penugasan, memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat.
Melalui Program Bidan Cahaya, tambah dia, YBM PLN berperan aktif dalam menyediakan pelayanan kesehatan di daerah terpencil yang membutuhkan.
“Dengan adanya Bidan Cahaya, masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa harus melakukan perjalanan jauh. Selain itu, program ini juga berfokus pada upaya perubahan perilaku masyarakat terhadap kesehatan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka,” ucap Salman.
Salah satu Bidan Cahaya, Salima Safiitri Rumasukun, yang menjejak manfaat di Kampung Fior Distrik Kokas Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat menjelaskan bagaimana susahnya perjalanan dalam melayani masyarakat pedalaman. Ia bercerita perahunya sempat terbalik saat berpergian untuk melakukan pelayanan Kesehatan.
“Kejadian yang pernah saya alami. Di tengah laut, ada badai dan ombak yang dahsyat. Perahu kami sempat terbalik dan alhamdulillah masih diselamatkan warga,” katanya saat menceritakan pengalamannya di acara webinar.
Baca juga: Terpikat Islam Sejak Belia, Mualaf Adrianus: Jawaban Atas Keraguan Saya Selama Ini
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Fasilitasi Pengelolaan Mahasiswa dan Lulusan Poltekkes - Tim Kerja Fasilitasi Pengelolaan Mahasiswa Dan Lulusan Poltekkes Kemenkes, Yuyun Widyaningsih mengapresiasi program Bidan Cahaya yang dilakukan oleh YBM PLN.
“Terima kasih. Sangat luar biasa kiprah YBM PLN. Saya sangat mengapresiasi dengan program Bidan Cahaya. Meski baru 17 bidan di tujuh provinsi tapi sudah memberi dampak yang sangat signifikan,” ujar Yuyun.
Dia pun berharap, seiring waktu nantinya program ini ada di setiap provinsi dan semakin banyak Bidan Cahaya yang ditugaskan di pelosok negeri.
“Kami dari Kementerian Kesehatan sangat mengapresiasi dan menghargai kebijakan didalam penyelenggaran pelayanan Kesehatan. Saya juga mengapresiasi para Bidan Cahaya dengan tantangan yang berbeda-beda, geografis Indonesia yang sangat luar biasa. Kami dari kementerian belum tentu menjangkau pelosok,” kata Yuyun.