Rabu 28 Jun 2023 11:29 WIB

Putin Sanjung Pasukannya karena Berhasil Cegah Perang Saudara

Para prajurit membuktikan kesetiaan mereka kepada rakyat Rusia dan sumpah militer

Presiden Rusia Vladimir Putin berterima kasih kepada pasukan keamanan yang menunjukkan kesetiaan kepada rakyat.
Foto: Russian Presidential Press Service via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin berterima kasih kepada pasukan keamanan yang menunjukkan kesetiaan kepada rakyat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (27/6/2023) berterima kasih kepada pasukan keamanan negaranya karena telah menegakkan tatanan konstitusional dan menunjukkan kesetiaan mereka kepada rakyat.

Dia juga menyanjung pasukannya yang disebut telah membantu menghentikan perang saudara di Rusia.

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikan Putin pada sebuah pertemuan di Kremlin di hadapan anggota kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri, pengawal Rusia, Badan Keamanan Federal (FSB), dan Badan Penjaga Federal (FSO).

"Hari ini, di sini, di Lapangan Katedral Kremlin Moskow yang bersejarah, berdiri prajurit angkatan bersenjata Rusia, pegawai Pengawal Rusia, FSB, Kementerian Dalam Negeri, FSO, tentara dan perwira, pembela sejati tanah air, yang ... bersama-sama mencegah kerusuhan," katanya.

"Anda telah melindungi tatanan konstitusional, kehidupan, keamanan, dan kebebasan warga negara kita, menyelamatkan tanah air kita dari kekacauan, dan menghentikan perang saudara," tambahnya.

Putin juga menyanjung upaya pasukan keamanan yang "akurat dan terkoordinasi dengan baik". Dia mengatakan bahwa para prajurit telah "membuktikan kesetiaan mereka kepada rakyat Rusia dan sumpah militer".

Upacara tersebut diakhiri dengan mengheningkan cipta untuk menghormati para pilot, yang tewas selama pemberontakan.

Sebelumnya pada 24 Juni, pemimpin kelompok paramiliter Wagner, Yevgeny Prigozhin, menuding Kementerian Pertahanan Rusia telah menyerang para petempurnya, dan mendeklarasikan "Pawai Keadilan" dengan mengerahkan pasukannya menuju Moskow.

Prigozhin mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia akan "menggulingkan para pimpinan militer."

Badan Keamanan Federal menyebut tindakan kelompok Wagner itu sebagai "pemberontakan bersenjata" dan mendorong badan tersebut untuk membuka kasus pidana terhadap Prigozhin.

Namun sebelum tiba di Moskow, Prigozhin dan pasukannya memutuskan mundur untuk menghindari pertumpahan darah di Rusia.

Presiden Belarus Aleksander Lukashenko mengatakan dia turut membantu penyelesaian konflik tersebut dengan mengadakan pembicaraan dengan pemimpin Wagner, yang mengarah pada keputusan Prigozhin untuk menerima kesepakatan deeskalasi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement