REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daging kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Daging dapat bersumber dari berbagai hewan, yang popular antara lain sapi, domba, dan ayam. Barubaru ini, daging kambing mulai mendapatkan daya tarik. Meskipun sering dikonsumsi dalam masakan Asia, Karibia, dan timur tengah, permintaannya kurang umum di negara negara Barat.
Daging kambing dianggap sebagai salah satu daging merah paling sehat, lebih rendah lemak jenuh dan kolesterol, dan lebih tinggi zat besi daripada daging merah atau putih lainnya. Daging kambing memiliki rasa yang kuat dan Gurih, lebih manis dari daging domba, tetapi kurang manis dari daging sapi. Memasaknya dengan banyak rasa dan bumbu membantu melengkapi rasa uniknya.
Dilansir Healthline pada Rabu (28/6/2023), daging kambing merupakan sumber nutrisi yang baik, termasuk protein, zat besi, vitamin B 12, seng, dan potasium. Daging kambing juga rendah lemak total dan lemak jenuh dibandingkan dengan bentuk daging merah lainnya. Porsi daging kambing matang seberat 85 gram menyediakan, 122 kalori, 23 gram protein, 2,6 gram lemak, 0,8 gram lemak jenuh, 0 gram karbohidrat, 0 gram gula, 0 gram serat, 30 persen dari nilai harian (DV) riboflavin, 18 persen dari DV besi, 17 persen dari DV vitamin B12, 30 persen dari DV seng, 10 persen dari DV kalium.
Daging kambing juga merupakan sumber protein yang penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan dan otot. Daging kambing menawarkan berbagai khasiat nutrisi yang bisa menjadi bagian dari diet sehat.
1. Rendah lemak dan lemak jenuh
Walaupun lemak mungkin tidak menjadi masalah, makan terlalu banyak dapat mengakibatkan konsumsi energi total lebih banyak dari yang dibutuhkan. Karena daging kambing tidak berlemak, ini merupakan sumber protein yang bagus dengan kalori lebih sedikit. Ini mungkin bermanfaat bagi orang yang ingin menurunkan berat badan.
Daging kambing memiliki sekitar 1 gram lemak jenuh per 85 gram, yang lebih rendah dari beberapa daging lainnya. Daging sapi tanpa lemak juga rendah lemak jenuhnya, dengan sekitar 2 gram dalam ukuran porsi yang sama, tetapi beberapa potong daging merah mengandung lebih banyak. Makan lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan kolesterol jahat, atau low-density lipoprotein (LDL).
Kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan timbunan lemak di pembuluh darah yang dapat terus sama besar dan berpontensi putus, menyumbat aliran darah, dan menyebabkan serangan jantung atau strok. Penelitian yang lebih baru menantang klaim bahwa lemak jenuh berkontribusi terhadap risiko penyakit jantung. Namun, American Heart Association tetap merekomendasikan untuk membatasi asupan lemak jenuh.