Rabu 28 Jun 2023 17:39 WIB

Gelombang Transisi, Pertamina Siapkan Strategi Jaga Ketahanan Energi

Pertamina mempertahankan bisnis migas dan tetap melihat potensi EBT.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Desa Mandiri Energi Pertamina.
Foto: Dok Pertamina
Desa Mandiri Energi Pertamina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi, PT Pertamina (Persero) semakin gencar mengembangkan inisiatif program transisi energi. Langkah tersebut menjadi prioritas Pertamina dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, aksesibilitas, keterjangkauan, akseptabilitas dan keberlanjutan.

Dalam forum Leadership Dialogue Energi Asia di Kuala Lumpur, Malaysia pada (Rabu 28/6/2023), Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan strategi perseroan untuk menjaga ketahanan energi dan menjamin keterjangkauannya. Pertamina menempuh strategi mempertahankan bisnis minyak dan gas dengan tetap melihat potensi energi baru terbarukan.

Baca Juga

Nicke menyampaikan, untuk mengurangi emisi, Pertamina melakukan dekarbonisasi dalam kegiatan operasionalnya. “Hal ini untuk memastikan bahwa dalam jangka pendek, transisi energi tidak akan mengganggu ketahanan energi. Namun, di sisi lain, kita masih bisa mencapai target pengurangan emisi karbon,” ungkap Nicke.

Paralel dengan itu, lanjutnya, Pertamina juga membangun dan memperkuat infrastruktur gas di seluruh rantai nilai, dari hulu, tengah, hingga hilir sesuai dengan target Pemerintah dimana porsi gas dalam bauran energi ditingkatkan secara bertahap. Dengan wilayah yang terdiri dari 17 ribu pulau, pengembangan infrastruktur gas diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas bagi seluruh penduduk.

“Oleh karena itu, percepatan transisi energi di Indonesia bukan hanya upaya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga untuk mewujudkan ketahanan energi,” ujar Nicke.

Di era transisi energi, negara-negara di Asia Selatan termasuk Indonesia, tutur Nicke, memiliki peluang besar karena dikaruniai alam dengan sumber energi primer hijau yang melimpah. Sumber daya ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekosistem bisnis rendah karbon.

Untuk mewujudkan itu, Pertamina telah mengalokasikan 15 persen dari total belanja modal atau capex untuk pengembangan portofolio bisnis rendah karbon. Angka itu diklaim lebih tinggi dari rata-rata perusahaan energi lainnya.

Beberapa inisiatif yang telah dilakukan antara lain dekarbonisasi dan efisiensi energi yang telah berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 31 persen, implementasi teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dengan injeksi CO2 perdana di Lapangan Pertamina EP Jatibarang, mengembangkan kilang hijau, dan pengembangan energi geothermal yang saat ini telah mencapai kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW.

Pertamina, kata Nicke, juga melibatkan masyarakat dengan mengembangkan Desa Mandiri Energi di 47 desa di Indonesia. “Kita tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, kami membuka diri untuk kolaborasi global bersama seluruh peneliti, penemu dan para ahli dari universitas dan akademisi, perusahaan, kementerian hingga masyarakat melalui UMKM,” ujar Nicke.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement