REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah video ayah memarahi anak perempuannya yang bermain role-playing game atau disingkat RP viral di Tiktok. Anak itu melakukan RP dengan orang yang tidak dikenal di media sosial (medsos) tersebut.
Apa itu RP? Dilansir laman Tech Target, RP merupakan permainan di mana pemain melakoni peran karakter dalam fiksi. Pemain bertanggung jawab untuk memerankan peran ini dalam sebuah narasi, baik melalui akting literal, atau proses pengambilan keputusan terstruktur.
Pemain dapat berinteraksi dalam dunia imajiner permainan. Game seperti Dungeons and Dragons, Battletech, dan Star Wars adalah contoh populer dari genre game role playing online awal.
Di Tiktok, pemain RP biasanya menjadi karakter tertentu, atau karakter fiksi, seperti publik figur, idola K-pop, dan lain-lain. Pemain akan berinteraksi dengan pemain RP lain untuk menjalin hubungan fiksi. Tidak seperti permainan asli, RP di Tiktok memungkinkan pemain memerankan karakter yang ada di kehidupan nyata. Hal ini yang membuat pemain RP di Tiktok rentan mengalami kejahatan seksual maupun paparan LGBT.
Mental health educator dr Zulvia Oktanida Syarif secara khusus membahas masalah ini di media sosial pribadinya. “Buat parents (orang tua) yang masih punya anak di bawah umur, kita perlu mendampingi dan mengawasi anak. Hati-hati dengan kemajuan teknologi sekarang, anak kita lebih mudah terpapar hal-hal negatif yang tak sesuai umur,” kata dr Vivi, sapaan akrab Zulvia Oktanida Syarif, dalam keterangannya.
Dalam kasus yang viral di Tiktok itu, dr Vivi menjelaskan, anak itu bermain peran sebagai pasangan suami istri dan memiliki anak. Meskipun ini hanya pura-pura, anak itu telah terpapar komunikasi percakapan dengan bahasa orang dewasa, yang juga menyangkut bahasa vulgar. Hal itu memunculkan kekhawatiran tentang kemungkinan anak terpapar pornografi, korban predator anak, pedofilia, dan lain-lain.
Dr Vivi Parents memberikan saran kepada orang tua yang mendapati anaknya ternyata terpapar RP. Pertama, dia menyarankan orang tua harus menjaga emosi. Jangan memarahi anak dengan sangat emosional.
Sebagai orang dewasa, dia menyarankan orang tua harus bisa mengontrol emosi dan mencari tahu kenapa anak bermain RP, bagaimana orang tua bisa memastikan anak tak terekspos lagi dengan RP. Kedua, cari bantuan ke profesional, atau psikiater. Ketiga, masalah ini bukan hanya tentang anak, tetapi juga orang tua. Kenapa anaknya bisa sampai bermain RP?
Orang tua bisa tetap tenang dan kendalikan emosi, lalu carilah bantuan profesional bila perlu. Tak hanya anak yang perlu konseling, orangtuanya juga. “Parents yang mendapati anaknya ternyata terpapar hal ini, perlu bisa tetap tenang dan kendalikan emosi, lalu carilah bantuan profesional bila perlu. Tak hanya anak yang perlu konseling, orang tuanya juga,” kata dr Vivi.
Dilansir laman Internet Matters, produser senior untuk Sony Online Entertainment (sekarang Daybreak Game Company), Clint Worley menjelaskan bukan game yang membuat anak ketagihan, melainkan aspek sosial dari genre massively multiplayer. Waspadai hal ini, dorong anak untuk mempertahankan persahabatan mereka di kehidupan nyata juga.
Orang tua juga bisa berkomunikasi dengan anak untuk membantu mencegah dampak negatif. Jelaskan pentingnya merahasiakan informasi pribadi dan melindungi kata sandi setiap saat, bahkan dari teman daring dan luring. Cobalah untuk terlibat dengan meneliti permainan yang mereka pikirkan.