Rabu 28 Jun 2023 21:26 WIB

Mbappe, Maignan, dan Kounde Kecam Polisi Prancis yang Tembak Mati Remaja

Seorang remaja di Prancis ditembak polisi karena tak segera berhenti saat diperintah.

Red: Israr Itah
Pemain Paris Saint-Germain (PSG)Kylian Mbappe
Foto: AP
Pemain Paris Saint-Germain (PSG)Kylian Mbappe

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kylian Mbappé dan para pemain sepak bola terkemuka Prancis lainnya telah mengungkapkan kemarahan mereka pada kasus pembunuhan. Seorang sopir pengantar barang berusia 17 tahun yang ditembak dan dibunuh selama pemeriksaan polisi di pinggiran kota Paris.

"Saya terluka untuk Prancis saya," tulis Mbappé, yang dibesarkan di pinggiran kota Paris, Bondy, pada Rabu dalam sebuah pesan Twitter yang disertai dengan emotikon patah hati. 

Baca Juga

"Situasi yang tidak dapat diterima. Semua pikiran saya tertuju pada keluarga dan orang-orang terkasih Nael, malaikat kecil ini pergi terlalu cepat."

Kematian tersebut memicu keprihatinan nasional dan memicu keresahan di beberapa kota. Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan 31 orang ditangkap, 25 polisi terluka dan 40 mobil dibakar dalam kerusuhan semalam.

Ketegangan berpusat di sekitar daerah pinggiran kota Nanterre, di mana para pengacara mengatakan bahwa remaja tersebut, yang diidentifikasi sebagai Nael M., tewas pada Selasa (27/6/2023) saat pemeriksaan lalu lintas. Petugas polisi yang diduga menembaknya telah ditahan dan menghadapi kemungkinan dakwaan pembunuhan, menurut kantor kejaksaan Nanterre.

Mike Maignan, pemain internasional Prancis lainnya, men-tweet tentang ketidakadilan yang ia rasakan.

"Sebuah peluru di kepala... Selalu saja untuk orang yang sama, berada di pihak yang salah berujung pada kematian," tulisnya.

Rekan setim Maignan di timnas Prancis, Jules Kounde, mengkritik pemberitaan media tentang kematian remaja tersebut.

"Seolah-olah kesalahan polisi terbaru ini belum cukup, saluran berita 24 jam mengambil keuntungan dari hal itu dengan membuat keributan besar," tulisnya. "Para "jurnalis" mengajukan "pertanyaan" dengan tujuan untuk memutarbalikkan kebenaran, mengkriminalisasi korban, dan menemukan keadaan yang meringankan di mana tidak ada. Sebuah metode kuno untuk menutupi masalah yang sebenarnya. Mengapa kita tidak mematikan TV dan mencari tahu apa yang sedang terjadi?"

Darmanin mengatakan 1.200 polisi dikerahkan semalam dan 2.000 akan bertugas pada Rabu di wilayah Paris dan di sekitar kota-kota besar lainnya untuk menjaga ketertiban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement