REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tagar #umur25 sempat menjadi trending di media sosial Twitter. Faktanya, memang tidak sedikit kalangan dewasa muda yang risau saat sudah mencapai usia tersebut. Sebagian takut menghadapi masa depan, atau resah sebab belum bisa membuktikan diri.
Kondisi itu kerap disebut krisis seperempat kehidupan atau quarter-life crisis, mirip dengan krisis paruh baya (midlife crisis) pada kalangan paruh baya. Quarter-life crisis biasanya terjadi antara usia pertengahan 20-an hingga awal 30-an.
Menurut psikolog berlisensi Rachel Needle, quarter-life crisis adalah perasaan stres dan rasa penuh ketidakpastian yang sering dipicu kondisi yang dihadapi dalam kehidupan saat ini. Terutama, ketika seseorang mencari tahu siapa dirinya dan apa keinginannya dalam hidup.
"Orang-orang mungkin merasa tersesat, terjebak—secara pribadi dan/atau profesional—dan tidak terinspirasi selama quarter-life crisis. Meskipun usia itu dikatakan sebagai saat-saat terbaik dalam hidup, ada banyak tekanan dan perjuangan," kata Needle.
Dikutip dari laman Mind Body Green, Selasa (27/6/2023), lama berlangsungnya quarter-life crisis akan bervariasi berdasarkan karakteristik individu dan apa yang memicu munculnya krisis. Namun, ada kondisi yang dapat bertahan hingga beberapa tahun.
Penyebab quarter-life crisis cukup beragam. Bagi banyak orang, hal itu bermuara pada kekecewaan di masa dewasa muda. Pergolakan, perubahan, dan kenyataan yang berbeda dari yang dibayangkan pun dapat membuat seseorang merasa kewalahan dan tidak yakin pada diri sendiri, sehingga menghadapi krisis.
Terapis berlisensi De-Andrea Blaylock-Solar mencatat pula bahwa kerap membandingkan diri dengan orang lain juga bisa menjadi pemicu besar krisis seperempat kehidupan. Misalnya, melihat teman punya karier lebih bagus atau hubungan cinta yang harmonis.
Tanda-tanda seseorang mengalami quarter-life crisis termasuk perilaku impulsif, merasa butuh perubahan, menjalani hubungan yang fluktuatif, serta kesulitan membuat keputusan. Tanda lain yakni perasaan terisolasi, merasa tanpa arah, depresi dan kecemasan, serta merasa tidak aman.
Bagaimana cara mengatasinya? Blaylock-Solar menekankan pentingnya mencari dukungan, khususnya dari ahli kesehatan mental. Penting juga untuk bersandar pada sistem pendukung terdekat, seperti curhat kepada teman atau anggota keluarga.
Hal lain yang tidak kalah krusial adalah melakukan refleksi diri. "Bagian besar dari krisis seperempat kehidupan adalah mencari tahu siapa Anda dan ke mana Anda ingin pergi dalam hidup, jadi meluangkan waktu untuk merefleksikan diri dapat sangat membantu," ucap Blaylock-Solar.
Renungkan segala hal tentang diri, atau tuliskan di jurnal pribadi. Meski terasa sulit, bersabarlah dengan diri sendiri, berikan kasih sayang dan waktu pada diri sendiri. Ingatlah bahwa garis waktu seseorang dalam hidup berbeda-beda, begitu juga proses yang dijalani.
Tidak perlu membanding-bandingkan hidup dengan orang lain. Untuk melewati krisis, mungkin membutuhkan waktu, kesabaran, dan usaha. Namun, pelajaran yang didapat selama krisis akan menjadi jalan baru untuk melangkah ke fase baru kehidupan dewasa.
Terapis berlisensi Tiana Leeds juga menyarankan untuk tidak terlalu memikirkan secara berlebihan terkait seluruh lintasan hidup di usia saat ini. Leeds mengatakan, justru ini adalah waktu untuk mengeksplorasi dan mengenal diri sendiri. "Izinkan diri untuk mencoba berbagai hal, biarkan diri mengambil semua bagian satu per satu dan memperlakukannya seperti eksperimen," ungkap Leeds.