REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Muslim Malaysia memilih untuk menyalurkan hewan kurban ke luar negeri. Daging hasil kurban diolah dan dibagikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan di luar Malaysia.
“Orang menjadi akrab dan nyaman dengan layanan daring, termasuk layanan kurban,” kata Ahmad CEO EZ Qurban Fadzlullah Hasanuddin dikutip dari The Straits Times.
EZ Qurban adalah salah satu dari sejumlah organisasi di Malaysia yang menawarkan layanan kurban daring. Program ini menghabiskan 20 juta ringgit untuk penyembelihan tahun lalu.
Organisasi ini dimulai pada 2007, setelah pendiri Azhar Ab Shukur melihat bahwa komunitas Muslim minoritas yang miskin di Kamboja hanya memiliki akses ke daging selama Idul Adha saja. Kamboja tercatat sebagai salah satu negara tujuan di luar negeri bagi warga Malaysia untuk penyaluran hasil kurban.
Pada 2020, EZ Qurban mencatatkan angka tertinggi yaitu 18.361 kurban, di tengah pandemi Covid-19 di Malaysia. Namun sementara pesanan daring untuk layanan korban meroket selama pandemi, jumlah ini turun menjadi 14.397 pada 2021, sebelum naik lagi menjadi 15.042 pada 2022.
EZ Qurban memberi warga Malaysia pilihan untuk membayar penyembelihan hewan di 41 lokasi, termasuk Palestina, Suriah, Ethiopia, Somalia, dan Kamboja. Daging tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan di negara-negara tersebut.
Perusahaan lain yang menawarkan layanan serupa termasuk Serantau Muslim, Ikhlas, Islamic Relief, UTS Korban, dan Alkhairi Qurban. Beberapa, seperti Yayasan Budi Ihsan Malaysia, menawarkan unta selain kambing dan sapi.
Salah satu yang melakukan transaksi hewan kurban secara daring adalah Noorin Abdul yang bekerja di sebuah bank. Dia mengatakan bahwa mudah untuk melakukan kurbannya secara daring.
“Harga yang menarik dan ketersediaan slot juga menjadi poin plus. Saya juga suka memilih lokasi internasional di mana komunitas Muslim lebih miskin atau menghadapi kesulitan,” ujar perempuan berusia 41 tahun ini.
Ibu rumah tangga Rahimah Rahman mengatakan, dia menggunakan EZ Qurban untuk pertama kalinya tahun ini. Keputusan itu diambil akibat kenaikan biaya akibat inflasi telah mempengaruhi tujuh anggota keluarganya. “Biaya ternak di sini tidak sesuai anggaran kami,” katanya.