Kamis 29 Jun 2023 17:00 WIB

Di Balik Idul Adha Tanpa Kurban di Masjid Niujie

Faktor kesehatan hewan menjadi alasan ditiadakannya pemotongan hewan kurban di Niujie

Red: Friska Yolandha
Warga melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid Niujie di Beijing, China, 22 April 2023.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Warga melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid Niujie di Beijing, China, 22 April 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Suasana lalu lintas di Jalan Niujiepada Kamis (29/6/2023) pagi sangat padat seiring dengan aktivitas warga Kota Beijing menuju tempat kerjanya masing-masing. Laju kendaraan sangat pelan saat melintasi kawasan yang dikenal sebagai sentra kuliner halal China itu karena padatnya aktivitas warga.

Terlihat konsentrasi petugas keamanan, mulai dari tenaga sukarelawan partai berkuasa, personel keamanan swakarsa (bao'an), hingga petugas kepolisian berseragam atasan biru laut dan bawahan gelap di perempatan jalan raya itu. Itu pun belum termasuk petugas keamanan berpakaian preman yang tersebar di berbagai tempat di kawasan permukiman Muslim terbesar di ibu kota China itu.

Baca Juga

Di jalan menuju Masjid Niujie, petugas mendirikan dua tenda posko keamanan. Belasan petugas keamanan bersiaga di masing-masing tenda yang dilengkapi dengan alat pendeteksi metal.

Setiap orang yang melewati tenda itu diperiksa satu-persatu, termasuk barang bawaannya. Persis pada pemeriksaan calon penumpang pesawat terbang sebelum memasuki ruang tunggu bandara.

Jarum jam menunjuk angka 7 lebih 20 menit, namun suasana di dalam kompleks Masjid Niujie masih sepi. "Shalat dimulai pukul sembilan," ucap seorang pengurus Masjid Niujie di sela-sela kesibukannya menggelar karpet di halaman dalam, Kamis.

Meskipun sepi, sejumlah petugas keamanan dan pengurus partai berkuasa sudah bersiaga di beberapa sudut kompleks masjid itu. Di antara mereka ada yang berdiri, ada pula yang duduk-duduk dengan pandangan yang tertuju ke segala penjuru.

Jamaah datang bergelombang. Beberapa umat Islam dari berbagai ras dan negara berbeda turut mewarnai suasana menjelang shalat Idul Adha di masjid yang pertama kali dibangun pada tahun 996 Masehi saat China masih dipimpin Dinasti Liao itu.

Namun, suku etnis minoritas Muslim Hui mendominasi jamaah shalat Id pada pagi hari itu. Dari caranya berpakaian terlihat juga beberapa etnis minoritas Muslim China lainnya, seperti Uighur dan Salar, meskipun jumlahnya sangat kecil.

Umat Islam dari Indonesia yang didominasi kalangan pelajar juga menambah panjang daftar jamaah shalat Id di kompleks masjid yang luasnya mencapai 10.000 meter persegi di Distrik Xicheng, Kota Beijing, itu.

Selain latar belakang sejarah terbentuknya komunitas Muslim China, Niujie juga populer di kalangan warga setempat karena beragamnya kuliner halal yang dikenal juga dengan istilah qingzhen. Tidak heran, kalau antrean panjang pembeli di depan restoran atau toko makanan atau swalayan, menjadi pemandangan sehari-hari di sepanjang Jalan Niujie.

Masjid yang model bangunannya bergaya tradisional China didominasi warna merah bata dengan dua menara mirip kuil itu pernah dikunjungi Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 2000 dan Presiden Joko Widodo pada 2017 sehingga pelancong dari Indonesia menjadikan Niujie sebagai salah satu tujuan saat berwisata ke Beijing.

Pemimpin dari berbagai negara Islam lainnya juga pernah menyinggahi Masjid Niujie di sela-sela kunjungan kenegaraannya ke China. Hal itu tentu saja kadar popularitas kawasan yang telah dirancang sedemikian rupa sebagai etalase Muslim China bagi dunia itu makin bening.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement