Kamis 29 Jun 2023 18:50 WIB

Harga Daging Ayam Tinggi, Sekda Cirebon Dorong TPID Cari Solusi 

Kenaikan harga daging ayam dikeluhkan pedagang maupun pembeli.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon Agus Mulyadi.
Foto: Diskominfo Kota Cirebon
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon Agus Mulyadi.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon, Jawa Barat, disebut akan berupaya mencari jalan keluar persoalan tingginya harga ayam potong. Kenaikan harga ayam ini dikeluhkan oleh pembeli maupun pedagang.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, naiknya harga suatu komoditas salah satunya bisa disebabkan oleh tingginya permintaan. Namun, kata dia, permintaan ayam potong masih terhitung normal.

Baca Juga

Berdasarkan laporan yang diterimanya, Agus mengatakan, kenaikan harga ayam potong saat ini dipengaruhi kenaikan harga pakan ayam. Menurut dia, kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan. “Karena akan berpengaruh ke inflasi,” kata Agus, Rabu (28/6/2023).

Karena itu, Agus mengatakan, koordinasi akan dilakukan dengan TPID untuk membahas solusinya. Menurut dia, solusinya bisa dengan menggelar operasi pasar ayam potong atau melakukan intervensi pada pakan ayam.

Agus menyambut baik langkah sejumlah pihak yang melakukan intervensi untuk membantu menekan harga ayam di pasaran, seperti melakukan operasi pasar dengan komoditas ayam potong. Jika operasi pasar ini banyak dilakukan, diharapkan harga ayam potong di pasaran bisa segera turun.

Pada Senin (26/6/2023), pemerintah daerah melaporkan, berdasarkan pantauan di Pasar Kanoman dan Pasar Pagi, Kota Cirebon, harga daging ayam disebut berkisar Rp 40 ribu-45 ribu per kilogram. Adapun normalnya sekitar Rp 35 ribu per kilogram.

Lantaran harga ayam terus naik, pedagang di sejumlah pasar Kota Cirebon sempat sehari mogok jualan. Salah seorang pedagang ayam potong di Pasar Kanoman, Eli, mengatakan, harga ayam naik secara bertahap sebulan terakhir.

Menurut dia, kenaikan harga ini membuat tingkat penjualan menurun. “Pembeli banyak yang mengurangi pembelian ayamnya karena harganya mahal,” kata dia.

Salah satu warga, Nina, mengaku kenaikan harga ayam potong ini memberatkan. Apalagi terjadi menjelang momen Idul Adha. “Jadi terpaksa mengurangi masakan opor ayam untuk Lebaran karena harga ayamnya mahal,” kata Nina.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement