REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon, Jawa Barat, disebut akan berupaya mencari jalan keluar persoalan tingginya harga ayam potong. Kenaikan harga ayam ini dikeluhkan oleh pembeli maupun pedagang.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, naiknya harga suatu komoditas salah satunya bisa disebabkan oleh tingginya permintaan. Namun, kata dia, permintaan ayam potong masih terhitung normal.
Berdasarkan laporan yang diterimanya, Agus mengatakan, kenaikan harga ayam potong saat ini dipengaruhi kenaikan harga pakan ayam. Menurut dia, kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan. “Karena akan berpengaruh ke inflasi,” kata Agus, Rabu (28/6/2023).
Karena itu, Agus mengatakan, koordinasi akan dilakukan dengan TPID untuk membahas solusinya. Menurut dia, solusinya bisa dengan menggelar operasi pasar ayam potong atau melakukan intervensi pada pakan ayam.
Agus menyambut baik langkah sejumlah pihak yang melakukan intervensi untuk membantu menekan harga ayam di pasaran, seperti melakukan operasi pasar dengan komoditas ayam potong. Jika operasi pasar ini banyak dilakukan, diharapkan harga ayam potong di pasaran bisa segera turun.
Pada Senin (26/6/2023), pemerintah daerah melaporkan, berdasarkan pantauan di Pasar Kanoman dan Pasar Pagi, Kota Cirebon, harga daging ayam disebut berkisar Rp 40 ribu-45 ribu per kilogram. Adapun normalnya sekitar Rp 35 ribu per kilogram.
Lantaran harga ayam terus naik, pedagang di sejumlah pasar Kota Cirebon sempat sehari mogok jualan. Salah seorang pedagang ayam potong di Pasar Kanoman, Eli, mengatakan, harga ayam naik secara bertahap sebulan terakhir.
Menurut dia, kenaikan harga ini membuat tingkat penjualan menurun. “Pembeli banyak yang mengurangi pembelian ayamnya karena harganya mahal,” kata dia.
Salah satu warga, Nina, mengaku kenaikan harga ayam potong ini memberatkan. Apalagi terjadi menjelang momen Idul Adha. “Jadi terpaksa mengurangi masakan opor ayam untuk Lebaran karena harga ayamnya mahal,” kata Nina.