REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah menyelenggarakan kurban untuk merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriyah di Farmhouse Kalijeruk, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Kamis (29/6/2023). Kurban dilaksanakan bersama ratusan penyandang disabilitas yang ada di DIY.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, M Nurul Yamin, mengatakan setidaknya ada 300 penyandang disabilitas yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Pelibatan penyandang disabilitas ini juga untuk menumbuhkan solidaritas sosial, khususnya bagi penyandang disabilitas di DIY.
"Atas dasar itulah, MPM menyelenggarakan Kurban Bersama Difabel bekerja sama dengan para pihak sebagai bagian ikhtiar membangun kebersamaan secara spiritual, juga menumbuhkan solidaritas sosial, dan berjamaah secara ekonomi," kata Yamin dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/6/2023).
Yamin menuturkan, kegiatan tersebut juga dilakukan sebagai upaya untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia, khususnya di DIY. Ia pun menyoroti tingginya angka kemiskinan dan kesenjangan yang mencapai 9,5 persen.
Bahkan, kata Yamin, survei status gizi nasional menunjukkan angka stunting atau anak kurang gizi mencapai 21,6 persen. Dalam rangka pengentasan kemiskinan dan kesenjangan ini, katanya, perlu perbaikan dalam memahami, mengartikulasikan, maupun mengimplementasikan ajaran luhur Islam.
Menurutnya, dengan berkurban maupun ibadah haji merupakan cerminan kesalehan sosial seseorang. Dengan kesalehan sosial, maka spirit tolong menolong akan mampu menjadi fondasi dan modal sosial yang ampuh untuk memangkas kemiskinan, dan mempersempit jarak kesenjangan.
Yamin juga menyebut, nilai ekonomi kurban dan haji merupakan modal utama yang mampu mendinamisir gerakan ekonomi kerakyatan secara massif. Selain itu, kurban dan haji juga membuka kesempatan lapangan kerja.
Yamin menuturkan, banyaknya unit usaha turunan baik di sektor kurban dan haji akan membuka kesempatan lapangan kerja yang tidak sedikit. Terutama di sektor pertanian, peternakan, dan usaha kecil dan mikro, sehingga mampu mengurangi angka pengangguran, dan sempitnya lapangan pekerjaan.
“Bagaimana agar ritual kurban dan haji bukan saja berdimensi spiritual semata, tetapi secara konkrit mampu mengatasi persoalan sosial, seperti kemiskinan dan stunting seperti di atas. Apabila dikelola secara sistemik, sinergis, dan kolaboratif, akan mampu menjadi alternatif jawaban atas problematika tersebut,” ungkapnya.
Yamin menuturkan, usai penyembelihan hewan kurban dilakukan, langsung didistribusikan ke penyandang disabilitas yang ada di DIY. Selain itu, kegiatan tersebut juga diisi dengan outing dan Achievement Motivation Training (AMT) yang melibatkan anak-anak difabel.
Selain penyandang disabilitas, agenda ini juga melibatkan banyak relawan dari berbagai instansi dan kelompok. Mulai dari berbagai kelompok difabel dampingan MPM di DIY, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Taruna Tanggap Bencana (TAGANA), ICMI DIY, dan Bengkel Sapi.
Ketua Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bangun Akses Kemandirian (Bank) Difabel Ngaglik, Kuni Fatonah, sebagai kelompok dampingan MPM sekaligus salah satu mitra penyelenggara acara turut mengapresiasi dilibatkannya penyandang disabilitas dalam kegiatan tersebut.
Ia pun berharap kegiatan tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan. Tentunya dengan melibatkan penyandang disabilitas secara aktif.
“Tentunya ini menjadi bagian dari kerja-kerja kami bersama dengan MPM yang selalu senantiasa mendukung kami para kelompok difabel,” kata Kuni.