REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film petualangan Indiana Jones and The Dial of Destiny sedang tayang di bioskop Indonesia. Kembali menghadirkan aktor Harrison Ford sebagai arkeolog Indiana Jones, sinema itu sukses membangkitkan nostalgia bagi penggemar waralaba filmnya.
Deretan film Indiana Jones terdahulu yang tayang mulai 1981 hingga 2008 memang cukup legendaris. Pada petualangannya kali ini, Indiana Jones yang kerap disapa dengan nama kecil Indy mencari sebuah artefak langka yang konon punya kekuatan untuk menjelajahi waktu.
Indy tidak sendiri. Dia ditemani putri baptisnya, Helena Shaw (Phoebe Waller-Bridge), yang merupakan anak dari rekan sesama peneliti Jones yang telah tiada, Basil Shaw (Toby Jones). Petualangan Indy dan Helena juga didampingi Teddy Kumar (Ethann Isidore).
Film untuk 13 tahun ke atas ini sarat dengan adegan seru dan cukup bertubi-tubi dalam memacu adrenalin. Sejak awal film yang berdurasi sekitar dua setengah jam, sutradara James Mangold seolah tak membuat penonton mengambil napas.
Selama 25 menit awal, sinema menyuguhkan petualangan Indy di masa lalu bersama Basil Shaw. Mereka tertangkap oleh Nazi dan harus melarikan diri dari sebuah kereta api. Nuansa masa silam di tahun 1944 pada masa Perang Dunia II amat terasa.
Indy, Shaw, dan penjahat utama yang ada di adegan awal pun terlihat masih muda. Lantas, adegan berlanjut ke 25 tahun berikutnya, ketika Shaw telah tiada dan Helena sudah dewasa. Konflik yang dihadapi Indy tetap bermuara dari adegan awal yang dihadirkan.
Keputusan sang sutradara memunculkan adegan pembuka itu tidak cuma menjadi elemen pendukung nostalgia. Bagi penonton yang tidak mengikuti empat film awal Indiana Jones, lumayan terbantu untuk memahami konteks serta alur cerita.