REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penembakan seorang remaja laki-laki oleh seorang anggota kepolisian telah menuai kemarahan dan kecaman di seluruh Prancis. Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan, penembakan fatal itu tidak dimaafkan.
“Seorang remaja tewas. Itu tidak bisa dijelaskan dan tidak bisa dimaafkan," kata Macron, dilaporkan Aljazirah, Rabu (28/6/2023).
Remaja berusia 17 tahun, yang dikenal sebagai Nael M, dilaporkan mengendarai mobil sewaan di Kota Nanterre, pinggiran barat Paris pada Selasa (27/6/2023) pagi. Polisi kemudian menghentikan Nael M karena melanggar beberapa peraturan lalu lintas.
Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan dua petugas polisi berusaha menghentikan kendaraan tersebut. Salah satunya mengarahkan senjatanya ke pengemudi melalui jendela sebelum menembak dari jarak dekat.
Bintang sepak bola Kylian Mbappe mengungkapkan kesedihan dan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban. Mbappe tumbuh di pinggiran kota Paris, yang kerap mengalami ketegangan dengan polisi.
“Saya terluka untuk Prancis. Ini situasi yang tidak dapat diterima. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga dan orang-orang terkasih Nael, malaikat kecil ini pergi terlalu cepat," ujar Mbappe.
Pemain sepak bola AC Milan Mike Maignan menyampaikan tentang rasa ketidakadilan yang dialami oleh korban. “Sebuah peluru di kepala. Selalu untuk orang yang sama bahwa kesalahan menyebabkan kematian,” ujarnya.
Politisi sayap kiri Jean-Luc Melenchon mengatakan, undang-undang kepolisian perlu dirancang ulang. Melenchon dikenal sering mengkritik kebrutalan polisi.
Wali Kota Nanterre, Patrick Jarry mengatakan, penembakan itu adalah hari terburuk dalam sejarah. Sementara aktor Omar Sy mengatakan, korban harus mendapatkan keadilan yang setimpal.
Sy menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban. "Semoga keadilan yang layak atas kejadian ini" ujar Sy.