REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyerukan perdamaian Rusia-Ukraina. Trump mengatakan, pemberontakan pasukan Wagner terhadap Rusia pekan lalu agak melemahkan pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Menurutnya, ini adalah momen bagi AS untuk mencoba menengahi proses perdamaian Moskow dengan Kiev.
“Saya ingin orang-orang berhenti sekarat karena perang konyol ini,” ujar Trump dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Kamis (29/6/2023).
Trump tidak mengesampingkan bahwa Ukraina mungkin harus menyerahkan beberapa wilayahnya kepada Rusia untuk menghentikan perang. Trump yakin, jika saat ini dia merupakan presiden AS, semua pihak yang terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina akan tunduk pada negosiasi.
“Anda membutuhkan mediator, atau negosiator yang tepat, dan kami tidak memilikinya sekarang,” ujarnya.
“Saya pikir hal terbesar yang harus dilakukan AS saat ini adalah berdamai; menyatukan Rusia dan Ukraina dan berdamai. Anda bisa melakukannya. Ini adalah waktu untuk melakukannya, untuk menyatukan kedua pihak untuk memaksakan perdamaian,” kata Trump.
Dalam wawancara dengan Reuters tersebut, Trump pun sempat mengomentari tentang aksi pemberontakan pasukan Wagner terhadap Rusia yang terjadi pekan lalu. Menurutnya pemberontakan tersebut cukup melemahkan pemerintahan Vladimir Putin. "Anda bisa mengatakan bahwa dia (Putin) masih di sana, dia masih kuat. Namun dia pasti telah saya katakan agak melemah setidaknya di benak banyak orang," ucapnya.
Trump juga sempat ditanya tentang kemungkinan Putin tak lagi memimpin Rusia. “Anda tidak tahu apa alternatifnya. Itu bisa lebih baik, tapi juga bisa jauh lebih buruk," kata Trump.
Terkait keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Putin, Trump berpendapat, status Putin harus didiskusikan ketika perang usai. “Karena saat ini jika Anda mengungkit topik itu, Anda tidak akan pernah berdamai, Anda tidak akan pernah membuat penyelesaian,” ujarnya.