Jumat 30 Jun 2023 14:11 WIB

Ketum Persis Sebut Pembakaran Alquran di Swedia Sengaja Dibiarkan

Persis nilai ada pembiaran pembakaran Alquran di Swedia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Peserta aksi dari Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) menggelar aksi damai di Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumat (3/2/2023). Pada aksi damai ini FUI menyuarakan Aksi Bela Quran atas peristiwa pembakaran Al Quran oleh politikus ekstrem kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan. FUI meminta pemerintah Swedia melakukan tindakan hukum kepada pelaku pembakaran Alquran. Kalau Swedia tidak melakukan tindakan itu, maka kita meminta agar Swedia diberikan sanksi oleh PBB karena telah melanggar kesepakatan bersama tentang resolusi Islamophobia.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Peserta aksi dari Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) menggelar aksi damai di Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumat (3/2/2023). Pada aksi damai ini FUI menyuarakan Aksi Bela Quran atas peristiwa pembakaran Al Quran oleh politikus ekstrem kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan. FUI meminta pemerintah Swedia melakukan tindakan hukum kepada pelaku pembakaran Alquran. Kalau Swedia tidak melakukan tindakan itu, maka kita meminta agar Swedia diberikan sanksi oleh PBB karena telah melanggar kesepakatan bersama tentang resolusi Islamophobia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Islam (Persis), KH Jeje Zaenudin mengecam keras pembakaran Alquran di depan Masjid Raya Sodermalm, Stockholm, Swedia, saat Hari Raya Idul Adha pada Rabu (28/6/2023). Dia pun menyebut pembakaran itu sengaja dibiarkan untuk menyudutkan umat Islam. 

"Tentu saja sebagai ormas Islam kami sangat  tersinggung dan mengecam keras tindakan pembakaran Alquran yang dilakukan Salwan Momika di Stockholm Swedia itu," ujar Kiai Jeje saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (30/6/2023). 

Baca Juga

Ketua MUI Pusat ini mengatakan, peristiwa pembakaran Alquran ini adalah aksi penistaan dan provokasi yang kesekian kalinya yang terjadi di Swedia. Sepertinya, kata dia, pembakaran kitab umat Islam itu sengaja dibiarkan untuk kemudian mengecam umat Islam sebagai ekstremis.

"Sepertinya sengaja dibiarkan untuk memancing reaksi balasan dari kaum muslimin, yang kemudian akan dikecam sebagai kaum reaksioner dan ekstremis," ucap Kiai Jeje.