REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari terakhir, warganet riuh membahas tomcat yang mereka temukan di kamarnya. Sebagian besar yang pernah kena racun atau gigitan rove beetle tersebut mengaku kulitnya terasa perih dan seperti panas terbakar.
Digigit tomcat, orang akan terkena paederus dermatitis. Apakah ini berbahaya?
Tomcat umumnya hidup pada daerah dengan iklim tropis yang hangat pada sisa-sisa tumbuhan, di bawah bebatuan, atau tanah yang lembap. Biasanya kumbang anggota dari genus Paederus itu banyak ditemukan pada daerah persawahan.
Tomcat juga punya sifat tertarik dengan cahaya sehingga sering kali menyebabkan paparan pada orang-orang yang bekerja pada lingkungan gelap dengan bantuan lampu. Tomcat juga sering disebut sebagai night burn.
Dikutip dari website resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, gejala yang disebabkan oleh tomcat dikenal dengan paederus dermatitis yang ditandai dengan gelembung berair atau lenting lalu kemerahan pada kulit. Gejala ini muncul secara tiba-tiba pada bagian tubuh yang terpapar dengan zat pederin dalam 24 jam setelah paparan.
Kontak dapat terjadi secara langsung antara racun dengan kulit, maupun secara tidak langsung melalui handuk, baju, atau alat lain yang tercemar oleh racun serangga itu. Gejala dapat berkembang di seluruh bagian tubuh, namun cenderung lebih sering terjadi pada bagian-bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, tangan, dan tungkai.
Setelah kelainan di kulit mengering, bisa menimbulkan bekas berupa bercak berwarna keputihan atau kehitaman. Apabila menemukan tomcat merayap di permukaan tubuh, sebaiknya singkirkan dengan lembut.
"Bisa dengan meniupnya atau meletakkan selembar kertas, sehingga tomcat dapat berpindah dari tubuh kita. Jangan memencet atau menghancurkan tomcat," kata Kemenkes.
Bagaimana jika tidak sengaja memencet tomcat? Kemenkes menganjurkan untuk segera mandi dan cuci barang-barang yang sekiranya mengalami kontak dengan racun tomcat.