REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dua negara Eropa, Rusia dan Inggris, menyerukan perlunya perluasan keanggotaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), khususnya negara-negara di belahan dunia selatan layak mendapatkan posisi anggota DK PBB.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Jumat (30/6/2023) menyerukan perluasan Dewan Keamanan PBB untuk memberikan lebih banyak representasi kepada negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Usulan itu dalam rangka mematahkan apa yang ia sebut sebagai dominasi Barat atas dunia.
"Mayoritas dunia tidak ingin hidup sesuai dengan aturan Barat," kata Lavrov dalam sebuah konferensi pers.
Ia juga mengulangi apa yang disebut Moskow bahwa Barat, terutama Amerika Serikat, berusaha mencegah Rusia dan Cina untuk bertindak secara independen di dunia yang multipolar.
Sementara itu, di tempat berbeda Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly mengusulkan hal serupa. Cleverly juga menyerukan peninjauan kembali penggunaan hak veto oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dan menambahkan bahwa negara-negara termiskin di dunia merasa suara mereka tidak didengar bahkan dalam isu-isu yang menjadi perhatian mereka.
Dalam sebuah pidato yang disebut-sebut sebagai pidato pertama yang memuji sistem multilateral global oleh seorang menteri luar negeri dari Partai Konservatif selama 30 tahun, Cleverly mengatakan dia telah mendengarkan dengan seksama keinginan negara berkembang. Dimana para pemimpin negara-negara di belahan dunia selatan, menurut Cleverly, mereka merasa bahwa negara-negara kaya menimbun kekuasaan dan mengabaikan tanggung jawab mereka.
Cleverly mengatakan bahwa kekuasaan sedang bergeser ke Amerika Latin dan Indo-Pasifik, dan bahwa negara-negara di wilayah ini yang akan memutuskan apakah sistem ini akan bertahan. "Tanpa reformasi strategis yang berani ada risiko nyata bahwa negara-negara di belahan dunia selatan akan meninggalkan sistem perdagangan global," ujarnya.
Dia mengatakan pada sebuah konferensi di lembaga think-tank Chatham House di London. "Satu hal yang menarik perhatian saya adalah ketika saya berbicara dengan para menteri, mereka mengatakan berulang kali bahwa mereka merasa sistem multilateral terlalu sering membicarakan isu-isu yang menjadi perhatian di wilayah Euro-Atlantik dan kurang membicarakan Indo-Pasifik, Amerika Latin, atau Afrika," ujarnya.
"Cara terbaik untuk memastikan bahwa persepsi tersebut diubah dan tantangan yang telah mereka identifikasi adalah memastikan bahwa di meja paling atas mereka memiliki suara yang kuat secara konsisten," katanya.
Cleverly mengatakan sistem yang ada saat ini tidak dapat dipertahankan karena pusat gravitasi ekonomi bergeser ke Indo-Pasifik dan pangsa Afrika dari populasi dunia meningkat dari 18 persen menjadi 37 persen pada tahun 2100.
"Suara negara-negara termiskin dan paling rentan harus didengar dengan kuat dalam sistem multilateral. Suara orang miskin tidak selalu didengar. Bahkan untuk hal-hal yang secara langsung menyangkut mereka," tambahnya.
Cleverly mengatakan bahwa ia menginginkan perwakilan permanen Afrika di G20 dan agar keanggotaan Dewan Keamanan diperluas ke India, Brasil, Jerman dan Jepang. Inggris adalah salah satu dari lima anggota tetap yang memiliki hak veto di dewan yang beranggotakan 15 negara ini, dan sejak Brexit, status tersebut semakin terlihat.