Jumat 30 Jun 2023 21:48 WIB

Prancis Pertimbangkan Semua Opsi Atasi Kerusuhan

Macron meninggalkan pertemuan Uni Eropa di Brussels, Belgia.

Red: Ferry kisihandi
Otoritas penegak hukum di Prancis pada Kamis (29/6/2023) menangkap 176 orang dalam kerusuhan yang pecah setelah kematian seorang remaja berusia 17 tahun
Foto: AP
Otoritas penegak hukum di Prancis pada Kamis (29/6/2023) menangkap 176 orang dalam kerusuhan yang pecah setelah kematian seorang remaja berusia 17 tahun

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Pemerintah Prancis menyatakan akan mengambil semua pilihan langkah memulihkan situasi normal. Seruan ini disampaikan setelah pengunjuk rasa yang berakhir rusuh membakar bangunan, kendaraan, dan menjarah toko di seantero Prancis. 

‘’Pemerintah akan mempertimbangkan semua opsi untuk memulihkan keteraturan,’’ kata Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne, Jumat (30/6/2023). Sebelumnya, ia menyatakan kekerasan aksi massa tak bisa ditoleransi dan tak bisa dimaafkan. 

Kerusuhan berlangsung pada malam ketiga aksi massa setelah remaja keturunan Aljazair dan Maroko berusia 17 tahun, Nahel, ditembak mati polisi. Nahel menggerakkan sejumlah warga yang menuding rasisme sistemis aparat kepolisian. 

Presiden Emmanuel Macron, dalam pernyataan di televisi di sela rapat kabinet darurat, meminta media sosial menghapus video sensitif terkait kerusuhan. Ia belum berniat menetapkan status keadaan darurat dalam merespons kerusuhan besar di negaranya.