Sabtu 01 Jul 2023 05:33 WIB

Debat Alumni Al Zaytun dan Gontor

Perdebatan membahas soal adzan hingga mazhab.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Suasana lengang terlihat di depan pintu masuk Mahad Al-Zaytun, di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Senin (26/6/2023).
Foto: Dok Republika
Suasana lengang terlihat di depan pintu masuk Mahad Al-Zaytun, di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Senin (26/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Beredar di media sosial sebuah video yang menunjukkan dua pemuda yang memperdebatkan soal Pesantren Al Zaytun. Video tersebut diunggah oleh akun TikTok @Dailywhyef.

Dari dua anak muda itu, satu orang ditulis sebagai alumni Al Zaytun dan satunya lagi alumni Gontor. Pembahasan pertama yang dibahas adalah tentang adzan di Pesantren Al Zaytun.

Baca Juga

Alumni Al Zaytun mempertanyakan, apakah adzan yang dilakukan di pesantrennya melanggar tajwid dan makharijul huruf? Menurut dia, adzan tersebut telah sesuai dengan ketentuan Islam seperti pada umumnya.

Lalu dijelaskan oleh lelaki dari alumni Gontor bahwa adzan di Al Zaytun itu tidak sesuai sunnah Nabi Muhammad. Dia mengatakan, dalam sunnah Nabi Muhammad SAW itu adzan harus menghadap kiblat. Tetapi adzan yang dilakukan oleh muadzin di Al Zaytun malah menghadap jamaah.

Selain itu, adzan di Al Zaytun juga menyalahi sunnah Nabi SAW karena saat melantunkan Hayya 'Alassholaah' itu tidak menoleh ke kanan tapi malah mengangkat tangannya. "(Adzan seperti itu) tidak ada anjuran dari sabda Rasul dari ajaran manapun di perspektif Islam," tutur pemuda dari alumni Gontor itu.

Kemudian anak muda alumni Al Zaytun menyatakan, adzan itu sifatnya menggerakkan hati, jiwa dan memberikan semangat serta tidak mendayu-dayu. Dia juga menekankan, kumandang adzan di Al Zaytun sudah sesuai ajaran Nabi SAW. "Sudah sesuai semua," kata dia.

Pemuda alumni Al Zaytun juga menanggapi adzan di masyarakat yang terlalu lama hingga 10 menit. "Ngapain lama-lama. Kalau yang saya pahami yak, (adzan seperti) itu ya salah. Dari mana adzan itu, ya harus sesuai Bilal," katanya.

Alumni Al Zaytun juga mengatakan bahwa tidak perlu bermazhab karena Al Zaytun adalah muara dan pusatnya pendidikan, toleransi dan perdamaian. "Gak pake aliran, gak level, karena Al Zaytun itu muara, pusatnya pendidikan, pusatnya toleransi dan perdamaian. Kenapa gak pake mazhab Imam Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi'i, ya itu pilihan dong," ujarnya.

Terkait adzan yang tidak perlu lama-lama dan mendayu-dayu, pemuda alumni Gontor menjelaskan, intonasi itu memperlihatkan sebuah momen apakah seruan itu untuk perang atau untuk menunaikan sholat. Adapun hal yang datang dari Allah itu indah, maka seruan adzan untuk sholat itu hakekatnya indah.

Ihwal tidak perlu bermazhab, alumni gontor mengatakan, Imam Bukhari dan Muslim yang meriwayatkan banyak hadits shahih itu saja menisbatkan dirinya bermazhab Imam Syafi'i. "Lah kita orang awam, yakin gak mau bermazhab?," tuturnya.

Pemuda alumni Gontor itu juga membagikan contoh intonasi adzan yang dikumandangkan oleh Bilal bin Rabbah, dengan menampilkan video adzan dari Syekh Hisyam At Thiyarah yang punya sanad terkuat adzan Bilal bin Rabbah. Dalam video tersebut, Syekh Hisyam mengumandangkan adzan dengan lantunan yang panjang.

photo
Infografis Ayat Alquran Membahas Buah Delima - (Republika)

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement