Sabtu 01 Jul 2023 06:55 WIB

LSI Denny JA: Stigma Petugas Partai Rugikan Ganjar Pranowo

Muncul persepsi Ganjar lebih dikendalikan Megawati dibandingkan Jokowi.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Bakal Calon Presiden dari Partai Dekomrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo menjawab pertanyaan wartawan saat menghadiri deklarasi 1000 lawyers di Jalan Syahridin, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (25/6/2023). Dalam dekrlarasi tersebut Bacapres dari PDIP itu menyanpaikan pesan kepada relawan untuk tidak mengankat isu SARA saat kampanye.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Bakal Calon Presiden dari Partai Dekomrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo menjawab pertanyaan wartawan saat menghadiri deklarasi 1000 lawyers di Jalan Syahridin, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (25/6/2023). Dalam dekrlarasi tersebut Bacapres dari PDIP itu menyanpaikan pesan kepada relawan untuk tidak mengankat isu SARA saat kampanye.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby menjelaskan bahwa bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo yang diasosiasikan sebagai petugas partai dapat merugikannya secara elektoral. Sebab secara tak langsung, publik akan menilai Gubernur Jawa Tengah itu dikendalikan oleh partainya.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Hal tersebut semakin dikuatkan dengan hasil survei lembaganya yang menyatakan bahwa mayoritas publik tak setuju dengan pemimpin yang diasosiasikan sebagai petugas partai.

Baca Juga

"Populasi di Indonesia memang lebih setuju kalau presiden Republik Indonesia ke depan adalah mereka yang lebih independen atau yang lebih mandiri mengambil keputusan, dibanding mereka yang berstatus sebagai petugas partai," ujar Adjie, Jumat (30/6/2023).

Ganjar yang diasosiasikan sebagai petugas partai semakin terlihat ketika ia menjadi salah satu sosok yang menolak kehadiran tim nasional Israel dalam perhelatan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Penolakan tersebut berujung pada gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah gelaran tersebut.

Padahal, Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 sangat dinantikan masyarakat dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Karena, perhelatan tersebut dapat menjadi salah satu legasi atau warisan Jokowi jelang berakhirnya masa kepemimpinannya pada 2024.

"Dengan Pak Ganjar yang di-branding sebagai petugas partai, ini kemudian memunculkan persepsi bahwa Pak Ganjar merupakan tokoh yang dikendalikan atau dikontrol oleh ketua umum partainya dalam hal ini Ibu Megawati, dibanding Pak Jokowi," ujar Adjie.

"Jadi asosiasi Ganjar terhadap Ibu Mega itu lebih kuat dibanding asosiasi Ganjar terhadap Pak Jokowi," sambungnya.

Dampak elektoralnya akan semakin terasa ketika pesaingnya, yakni Prabowo justru berbanding terbalik dengan Ganjar yang diasosiasikan sebagai petugas partai. Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju itu merupakan orang nomor satu di Partai Gerindra.

"Jadi alasan-alasan inilah yang kemudian membuat saat ini publik cenderung melihat Pak Prabowo itu lebih kuat asosiasinya dengan Pak Jokowi dibandingkan Pak Ganjar Pranowo. Jadi kekuatan asosiasi ini sangat penting bagi mereka yang ingin mendapatkan endorsement dari Pak Jokowi," ujar Adjie.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement