REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pelatih Paris Saint-Germain (PSG) Christophe Galtier dan putranya John-Valovic Galtier ditangkap dan ditahan pada Jumat (30/6/2023) atas dugaan diskirimanasi terhadap pemain Muslim dan kulit hitam di mantan klubnya OGC Nice. Namun keduanya kemudian dibebaskan dan dirujuk ke Kantor Kejaksaan untuk diadili di Nice pada Desember 2023. Galtier menghadapi ancaman hukuman tiga tahun penjara dan denda 45 ribu Euro jika terbukti bersalah.
“Christophe Galtier dirujuk ke kejaksaan atas panggilannya ke Pengadilan Kriminal Nice, pada 15 Desember 2023, untuk diadili atas tuduhan pelecehan moral dan diskriminasi atas dasar keanggotaan atau bukan keanggotaan, nyata atau seharusnya untuk kelompok etnis, bangsa, atau dugaan ras, atau agama,” demikian pernyataan jaksa penuntut umum Nice, Xavier Bonhomme, dilansir dari The Athletic, Sabtu (1/7/2023).
Galtier diduga mengeluarkan pernyataan rasis, menghina dan diskriminatif tentang pemainnya sendiri di OGC Nice pada April musim lalu. Namun, Galtier dan putranya membantah tuduhan tersebut saat pertama kali kasus tersebut terungkap.
Pada April, jurnalis Romain Molina dan program After Foot RMC mengirim email yang diduga dikirim oleh direktur sepakbola Nice Julien Fournier kepada Sir Dave Brailsford yang juga seorang direktur olahraga Inggris di INEOS. Email itu berisi tuduhan serius terhadap Galtier dan putranya. INEOS sendiri adalah pemilik OGC Nice.
Lewat pengacaranya, Galtier membantah tuduhan tersebut. Dalam konferensi pers yang digelar, pihak Galtier mengatakan akan mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang merusak reputasinya. Galtier telah mengajukan keberatan hukum atas segala tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya.
Menurut jaksa penuntut umum Xavier Bonhomme, pencarian alat bukti terus dilakukan di tempat latihan OGC Nice. Beberapa orang anggota staf, termasuk pelatih Didier Digard dan Presiden Klub Jean-Pierre Rivere juga diminta keterangan oleh polisi.