Sabtu 01 Jul 2023 09:01 WIB

Inilah Tiga Orang yang Dicintai Allah

Setiap Muslim pasti ingin dicintai oleh Allah SWT.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Inilah Tiga Orang yang Dicintai Allah
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Inilah Tiga Orang yang Dicintai Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim pasti ingin dicintai oleh Allah SWT. Untuk mendapatkan cinta-Nya, maka seorang Muslim perlu untuk melakukan hal-hal yang dicintai Allah. Berdasarkan ayat Alquran, setidaknya ada tiga jenis orang yang dicintai Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Alquran,

Baca Juga

ذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

“(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran ayat 134).

Inilah Tiga Orang yang Dicintai Allah

1. Orang yang Berinfak Setiap Saat

Orang pertama yang dicintai Allah adalah yang menginfakkan hartanya pada saat senang dan saat susah. Mereka tidak takut akan kemiskinan, mereka terus membagikan setiap harta yang dimilikinya. Karena itu, Allah menyebut mereka “penuh dengan kebaikan”.

2. Orang yang Menahan Amarahnya

Orang yang mampu menahan amarahnya juga termasuk orang yang dicintai Allah. Ketika marah atau sangat kesal, mereka selalu menahan dan memadamkan amarah itu. Mereka benar-benar memastikan mereka tidak melampiaskannya. Allah SWT menyebut mereka sebagai orang-orang yang sangat baik dan Allah mencintai mereka.

Jadi, jika Anda ingin mendapatkan cinta Allah pada saat marah, maka redamlah kemarahan itu demi Allah. Allah SWT akan mencintaimu sebagai balasannya.

3. Orang yang Memaafkan

Allah SWT juga mencintai orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Namun, jika orang yang melakukan kesalahan tersebut terus mengulangi kesalahannya, mungkin Anda perlu mengambil tindakan baru.

Lihatlah ketika Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya dilecehkan orang-orang kafir, beliau tidak pernah membalasnya. Rasulullah sangat pemaaf, tidak mudah merasa sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat menyakitkan sekalipun. Hingga suatu hari, ketika orang-orang kafir sudah keterlaluan, barulah Nabi menyiapkan pasukan untuk melawan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement