Sabtu 01 Jul 2023 09:35 WIB

Alquran Dibakar di Depan Masjid, PM Swedia Minta Muslim Tetap Tenang

Pengunjuk rasa sempat menerobos kedutaan Swedia di Baghdad.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menghadiri konferensi pers tentang tawaran NATO Swedia di Stockholm, Swedia, Selasa (24/1/2023).
Foto: Pontus Lundahl/TT News Agency via AP
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menghadiri konferensi pers tentang tawaran NATO Swedia di Stockholm, Swedia, Selasa (24/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Sebuah aksi protes terjadi pekan ini di luar masjid di Stockholm, Swedia. Dalam peristiwa tersebut, muncul tindakan pembakaran Alquran yang justru memicu kemarahan dan kecaman dari dunia.

Atas insiden ini, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menyerukan agar setiap pihak tetap tenang dan melakukan refleksi. "Sulit untuk mengatakan apa konsekuensinya. Saya pikir ada banyak orang yang punya alasan untuk berefleksi," kata Kristersson dalam konferensi pers dikutip di Malay Mail, Sabtu (1/7/2023).

Baca Juga

Pada Rabu (28/6/2023) kemarin, dilaporkan terjadi protes pembakaran Alquran yang bertepatan dengan dimulainya perayaan Idul Adha dan akhir ibadah haji di Makkah. Aksi ini yang memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim.

Setelah diberikan izin untuk melaksanakan protes oleh polisi Swedia, pelaku bernama Salwan Momika dilaporkan menginjak kitab suci Islam. Pria berusia 37 tahun ini lantas membakar beberapa halaman Alquran di depan masjid terbesar di ibu kota itu.

Di Irak, pengunjuk rasa pada Kamis sempat menerobos kedutaan Swedia di Baghdad. Kristersson menyebut tindakan beberapa orang yang secara tidak sah masuk ke kedutaan Swedia di negara lain ini sangat tidak dapat diterima.

Mengacu pada tindakan yang dilakukan Momika, ia menyebut tidak ada alasan untuk menghina orang lain. "Saya pikir hanya karena beberapa hal legal, tetapi belum tentu itu sesuai dilakukan" lanjut dia.

Polisi Swedia disebut telah memberi Momika izin, sesuai dengan perlindungan. Namun, otoritas juga mengatakan telah membuka penyelidikan atas hasutan terhadap kelompok etnis, dan mencatat dia telah melakukan pembakaran begitu dekat dengan masjid.

Izin untuk melakukan protes tersebut diberikan dua minggu setelah keputusan pengadilan banding Swedia. Keputusan pengadilan tersebut berlawanan dengan keputusan polisi. Polisi menolak izin dua demonstrasi di Stockholm yang mencakup pembakaran Alquran.

Pada saat itu polisi menekankan perihal masalah keamanan, menyusul pembakaran kitab suci umat Islam di luar kedutaan Turki pada Januari lalu. Aksi tersebut menyebabkan protes berminggu-minggu, seruan untuk memboikot barang-barang Swedia, serta menghentikan tawaran keanggotaan NATO Swedia - yang diblokir oleh Turki.

Setelah aksi pembakaran Januari, Turki menghentikan sementara pembicaraan NATO dengan Swedia. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengecam pembakaran tersebut.

Berkaca pada hal tersebut, Kristersson menekankan masih terlalu dini untuk mengatakan apa konsekuensi dari peristiwa yang terjadi minggu ini.

"Saya pikir kita harus fokus pada hal yang benar saat ini. Penting bagi Swedia untuk menjadi anggota NATO. Kita memiliki masalah penting dan besar untuk ditangani," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement