REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan media sosial Twitter kini akan meminta pengguna untuk memiliki akun di platform tersebut untuk melihat cicitan seseorang. Ini merupakan sebuah langkah yang oleh pemilik Elon Musk pada Jumat (30/6/2023) disebut sebagai "tindakan darurat sementara".
Pengguna yang mencoba melihat konten di platform akan diminta mendaftar akun atau log in ke akun untuk melihat tweet favorit mereka. "Kami mendapatkan data yang dijarah begitu banyak sehingga merendahkan layanan untuk pengguna biasa!" Kata Musk dalam tweet.
Musk sebelumnya menyatakan ketidaksenangannya pada perusahaan kecerdasan buatan seperti OpenAI, pemilik ChatGPT, yang menggunakan data Twitter untuk melatih model bahasa besar mereka.
"Kami benar-benar akan mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang mencuri data kami dan berharap melihat mereka di pengadilan, yang (optimistis) dua hingga tiga tahun dari sekarang," katanya.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada CEO Microsoft Satya Nadella, pengacara Musk, Alex Spiro, pada bulan Mei meminta raksasa teknologi tersebut melakukan audit atas penggunaan konten Twitter. Spiro menuduh pengembang Windows tersebut melanggar kesepakatan atas penggunaan data perusahaan media sosial tersebut.
Perusahaan telah memulai serangkaian tindakan untuk mengembalikan pengiklan yang meninggalkan Twitter di bawah kepemilikan Musk. Twitter pun gencar meningkatkan pendapatan langganan dengan menjadikan tanda centang verifikasi sebagai bagian dari program Twitter Blue.
Di awal bulan, Twitter telah mengumumkan rencana untuk fokus pada kemitraan video, pencipta, dan perdagangan untuk merevitalisasi bisnis perusahaan media sosial di luar periklanan digital. Twitter juga telah mulai membebankan biaya kepada pengguna untuk mengakses antarmuka pemrograman aplikasi (API), yang digunakan oleh aplikasi dan peneliti pihak ketiga.