Senin 03 Jul 2023 08:56 WIB

Cairkan Hubungan dengan Cina, Menteri Keuangan AS akan Berkunjung ke Beijing

AS dan Cina kembali berselisih setelah Joe Biden menyebut Xi Jinping diktator.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Cina-Amerika. Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen akan berkunjung ke Beijing pada Kamis (6/7/2023).
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika. Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen akan berkunjung ke Beijing pada Kamis (6/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, akan berkunjung ke Beijing pada Kamis (6/7/2023) mendatang. Kunjungan ini bagian dari upaya pemerintah Presiden Joe Biden mencairkan hubungan dengan Cina.

Beberapa tahun terakhir, Yellen yang menyebut gagasan pemisahan ekonomi dengan Cina sebagai "bencana", kerap mengatakan ingin berkunjung ke Cina. Ia mengatakan kedua negara "dapat dan perlu menemukan cara untuk hidup berdampingan" meski memiliki perbedaan dalam pembangunan ekonomi dan geopolitik.

Baca Juga

Pada Ahad (2/7/2023) seorang pejabat Kementerian Keuangan AS mengatakan pekan ini Yellen akan bertemu pejabat pemerintah Cina, perusahaan AS yang berbisnis di Cina dan dengan rakyat Cina. Ia akan berada di Cina sampai 9 Juli mendatang.

Pejabat itu mengatakan tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memperdalam dan meningkatkan frekuensi komunikasi antara AS dan Cina. Sementara terdapat kepentingan bersama yang dapat dicapai Yellen tapi perbedaan signifikan antara dua negara tidak dapat diselesaikan dengan satu kunjungan.

Perselisihan terbaru antara AS dan Cina terjadi setelah Biden menyebut Presiden Xi Jinping sebagai "diktator" dalam penggalangan dana kampanye pada awal Juni lalu. Cina memprotes keras pernyataan tersebut, tapi Biden mengatakan tidak akan mengubah pernyataan kerasnya mengenai Cina.

Pernyataan diktator itu disampaikan saat hubungan AS dan Cina semakin memanas usai Washington menembak jatuh balon mata-mata Cina, AS membatasi akses Cina mendapatkan cip komputer canggih dan masalah status dan keamanan Taiwan. Namun di acara penggalangan dana di California itu, Biden mengatakan "jangan khawatir" dengan Cina karena AS telah mengambil langkah untuk bersaing dengan ambisi finansial dan teknologi Cina.

Sebelum Yellen, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sudah melakukan kunjungan dua hari ke Beijing bulan Juni lalu. Ia menggelar tingkat tertinggi AS-Cina dalam lima tahun terakhir. Blinken bertemu dengan Xi dan keduanya sepakat untuk menstabilkan hubungan AS-Cina yang memburuk.

Namun AS-Cina belum menyepakati komunikasi yang lebih baik antara militer dua negara. Pejabat kementerian keuangan AS tidak menyebutkan pejabat yang akan ditemui Yellen, tapi ia mengatakan menteri keuangan AS itu tidak akan bertemu Xi.

Kunjungan Yellen akan lebih fokus menstabilkan ekonomi dunia dan menolak dukungan Cina pada invasi Rusia ke Ukraina. Cina membangun kedekatan dengan Kremlin yang membuat Barat tidak nyaman. Beijing menegaskan netralitasnya dalam perang di Ukraina, tapi menggelar latihan bersama dengan pasukan Rusia dan kerap menggelar kunjungan kenegaraan dengan pejabat-pejabat Rusia.

Namun pemerintah AS masih berharap hubungan AS-Cina tidak semakin memburuk. Pada bulan Januari lalu Yellen bertemu Wakil Perdana Menteri Cina Liu He di Swiss. Dalam pidatonya di Johns Hopkins University bulan April lalu, ia menyerukan dua negara "bekerja sama untuk menghadapi tantangan global" untuk menjaga stabilitas global.

Tapi ia mendukung pembatasan akses cip canggih ke Cina atas alasan kepentingan keamanan nasional AS. Perkembangan terbaru memberikan harapan membaiknya hubungan dua negara.

Dalam pertemuan keuangan global di Paris pekan lalu, AS menengahi kesepakatan untuk merestrukturisasi utang Zambia dengan kreditor-kreditornya, Cina kreditor terbesar negara Afrika itu. Piutang Cina senilai 4,1 miliar dolar AS dari total 6,3 miliar dolar utang Zambia.  

Kesepakatan ini mungkin memberi peta jalan bagaimana Cina akan menangani kesepakatan restrukturisasi utang dengan negara lain serta menunjukkan kesediaan raksasa Asia itu melakukan negosiasi dengan negara-negara G20 lainnya.

"Saya senang masyarakat internasional bersatu untuk mendukung Zambia di saat yang dibutuhkan sekarang ini," kata Yellen dalam pernyataannya pekan lalu.

Namun masih banyak ketegangan yang berdampak pada hubungan dua negara adidaya itu. Balon udara mata-mata Cina yang masuk ruang udara AS menunda kunjungan Blinken ke Beijing pada Februari lalu.

Pada awal tahun ini anggota parlemen AS menanyai CEO Tik Tok Zi Chew mengenai keamanan data dan hubungan perusahaan media sosial itu dengan pemerintah Cina. Beberapa anggota parlemen mendukung aplikasi yang populer di kalangan anak muda itu dilarang di AS.

Oktober tahun lalu pemerintah Biden memberlakukan pembatasan ekspor untuk membatasi akses Cina memperoleh cip canggih yang disebut dapat digunakan untuk membuat senjata, melanggar hak asasi manusia dan mempercepat pembangunan logistik militer Cina.  

Kunjungan Yellen ini juga akan dilakukan saat Biden mempertimbangkan mengeluarkan perintah eksekutif untuk memperketat peraturan investasi perusahaan AS keluar negeri. Sebagai upaya membatasi kemampuan Cina memiliki teknologi yang dapat memperkuat militernya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement