Senin 03 Jul 2023 13:24 WIB

Stunting Tenyata Telah Dibahas di Naskah Sunda Kuno

Beratus tahun silam, stunting pernah disinggung dalam naskah kuno Nusantara.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Stunting masih menjadi isu kesehatan di Indonesia. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Stunting masih menjadi isu kesehatan di Indonesia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Stunting masih menjadi isu kesehatan di Indonesia. Masalah ini ternyata tidak mengemuka saat ini saja. Tapi, beratus tahun silam, stunting pernah disinggung dalam naskah kuno nusantara. 

Menurut Dosen Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr Elis Suryani Nani Sumarlina, MS, beberapa naskah Sunda, baik kuno (bihari) maupun peralihan/klasik (kamari) dan masa kini (kiwari) ada yang berkaitan dengan pengetahuan anti-stunting. 

Baca Juga

Salah satu naskah yang menjelaskan stunting, kata Dr Elis, adalah Sanghyang Titisjati Pralina. Elis mengatakan, beberapa isi dari naskah ini adalah mengungkap cara perawatan, pemeliharaan, dan penanggulangan anak sejak dalam kandungan hingga remaja. 

“Salah satunya agar kondisi di mana tinggi badan seorang ‘anak’ tidak pendek dibanding tinggi badan orang lain seusianya, dalam arti agar anak tidak gagal tumbuh kembang. Hal ini pun disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/bayi dalam kandungan, hingga masa awal anak lahir,” ujar Elis, dikutip Senin (3/7/2023).

Naskah tersebut, kata Elis, menjelaskan tahapan bulan kandungan disertai dengan adat dan tradisi yang mengiringinya, seperti pemijatan ibu dan bayi sejak dilahirkan hingg pemanfaatan toga ketika bayi sakit. Proses ini, diharapkan menjadikan bayi/janin yang dikandung sekaligus ibunya dalam keadaan sehat dan kuat serta tidak kekurangan suatu apa pun selama kehamilan dan saat melahirkan. 

Elis mengatakan, naskah Sunda mengungkap upaya nenek moyang untuk menghindari gejala stunting, khususnya yang berkaitan dengan “teks naskah mantra pengobatan”. 

Hal ini, kata dia, disebabkan adanya keterkaitan antara penyakit yang diderita dan obat (toga) berupa teks yang dibacakan dengan jenis tanaman obat, fungsi, dosis, cara pengolahan, dan tindak pengobatan untuk mengobat ibu dan bayi, baik oleh dukun beranak (paraji) maupun dukun orang pintar. 

Beberapa teks judul mantra pengobatan tersebut, di antaranya Jampe Keur Kakandungan, Jampé Tujuh Bulan, Ngajampé nu Kakandungan, Jampé ngalahirkeun/Jampé Orok Medal, Jampé Motong Tali Ari-Ari, Jampé Ngaranan Orok, Jampé Kandungan nu Elat Lahir, Jampé Tampek, Jampé Lamun Orok Ceurik baé, Jampé Lamun Orok Harééng, Jampé Meuseul Orok, Jampé Nyeri Beuteung, dan lain-lain. 

Menurut Elis, pengetahuan tentang cara merawat, memelihara, dan menangani anak sejak dalam kandungan hingga remaja yang terungkap dalam naskah Sunda diharapkan menjadi anak sejak dalam kandungan hingga tumbuh dewasa menjadi selamat dan sehat, terhindar dari stunting. 

“Hal ini setidaknya dapat menjadi referensi literasi untuk generasi muda di zaman teknologi canggih saat ini, yang akan berperan menjadi ‘ibu’, sebagai garda terdepan dalam pendidikan informal, dalam upaya mengurus, membimbing, mendidik, mengasuh anak, agar sehat dan kuat," kata Elis memaparkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement