Senin 03 Jul 2023 13:37 WIB

Australia Negara Pertama yang Bisa Resepkan Ekstasi untuk Penderita PTSD

Australia kini negara pertama yang mengizinkan psikiater meresepkan zat psikedelik

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pil ekstasi (ilustrasi).
Foto: jurnalpatrolinews.com
Pil ekstasi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia kini negara pertama yang mengizinkan psikiater meresepkan zat psikedelik tertentu pada pasien depresi atau post-traumatic stress disorder (PTSD). Mulai Sabtu (1/7/2023) dokter Australia dapat meresepkan MDMA atau juga yang dikenal ekstasi untuk penderita PTSD.

Sementara psilocybin, zat psikoaktif di jamur psikedelik dapat diberikan ke orang yang mengalami depresi parah. Australia memasukan dua zat tersebut ke dalam daftar yang diizinkan Administrasi Barang Terapeutik.

Baca Juga

Ilmuwan Australia terkejut dengan langkah yang diumumkan bulan Februari tapi baru berlaku 1 Juli. Salah satu ilmuwan mengatakan langkah ini membawa Australia "di garis depan penelitian bidang ini."

Deputi direktur Neuromedicines Discovery Centre di  Monash Institute of Pharmaceutical Sciences, Chris Langmead mengatakan hanya sedikit kemajuan dalam pengobatan kesehatan mental yang persisten dalm 50 tahun terakhir. Penerimaan terhadap obat-obatan psikedelik semakin menjamur.

Dua negara bagian di Amerika Serikat (AS) sudah mengizinkan penggunaan psikedelik. Oregon negara bagian pertama yang melegalkan psilocybin bagi pasien dewasa. Colorado mendekriminalisasi psilocybin pada tahun 2022.

Pekan lalu adik bungsu Joe Biden, Frank Biden mengatakan presiden AS itu sangat "terbuka pikirannya" dalam manfaat psikedelik sebagai obat-obatan. Pada tahun 2018 lalu Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) menetapkan psilocybin sebagai obat "terapi terobosan."

Label ini dirancang untuk mempercepat pengembangan dan peninjauan obat-obatan untuk kondisi serius. Peneliti psikedelik mendapat banyak hibah dari pemerintah faderal termasuk universitas Johns Hopkins.

Bulan lalu FDA merilis rancangan pedoman bagi peneliti yang merancang uji coba klinis obat-obatan psikedelik sebagai obat-obatan potensial untuk berbagai masalah kesehatan. Asosiasi Psikiatri Amerika belum mendukung psikedelik untuk pengobatan. Sebab FDA belum memberikan keputusan akhir.

Pakar medis di AS dan seluruh dunia termasuk Australia memperingatkan masih butuh lebih banyak penelitian mengenai efisiensi obat-obatan psikedelik serta resikonya. Karena dapat menyebabkan halusinasi.

"Terdapat kekhawatiran masih belum cukup bukti dan bergerak ke layanan klinis masih terlalu dini, klinik yang tidak kompeten atau perlengkapan buruk dapat membanjir, pengobatan menjadi tidak terjangkau bagi kebanyakan orang, pengawasan pelatihan formal, pengobatan dan hasilnya bagi pasien akan minimal atau kurang informasi," kata kepala Laboratorium Klinis Psikedelik Monash University Dr. Paul Liknaitzky.

Selain itu, obat-obatan tersebut akan mahal di Australia, sekitar 10.000 dolar Australia atau  sekitar 6.600 dolar AS per pasien. Litnaitzky mengatakan kesempatan warga Australia mengakses obat-obatan untuk kondisi spesifik itu unik.

"Terdapat kegairahan mengenai kemajuan kebijakan obat-obatan, mengenai prospek menawarkan pengobatan yang lebih cocok bagi pasien dan lebih sesuai tanpa dibatasi oleh uji klinis dan protokol yang kaku," kata Liknaitzky.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement