REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ribuan orang mengungsi karena banjir yang meluas di Cina. Sementara itu, lebih dari 10.000 orang dievakuasi ke tempat aman akibat banjir di Provinsi Hunan.
Sekitar 70 rumah roboh, serta 2.283 rusak dan ladang pertanian terendam banjir. Kerugian sejauh ini diperkirakan setidaknya mencapai 575 juta yuan atau 79 juta dolar AS.
"Pemanasan menyebabkan hujan yang lebih ekstrim, bukan salju, di pegunungan," ujar para ilmuwan.
Di daerah Zhenba, Provinsi Shaanxi, pihak berwenang melaporkan banjir terburuk dalam 50 tahun telah menghanyutkan jalan dan merusak rumah. Sejauh ini belum ada korban jiwa akibat banjir tersebut.
Sebelas provinsi atau sekitar setengah dari daratan Cina diperkirakan akan menerima hujan lebat dalam beberapa hari mendatang, terutama di bagian selatan yang lembap. Beijing melaporkan 9,8 hari berturut-turut ketika mencatat rekor suhu melebihi 35 derajat Celcius.
Rekor seperti itu terakhir kali tercatat pada 1961 atau puluhan tahun sebelum sebagian besar penduduk Beijing memiliki AC dan kipas angin. Kurangnya curah hujan berkontribusi terhadap gelombang panas.
Suhu pada Senin (3/7/2023) diperkirakan mencapai 33 derajat Celcius. Suhu diperkirakan akan naik lagi minggu ini hingga 39,6 derajat Celcius di Beijing dan wilayah Cina lainnya. Pada 2021, lebih dari 300 orang meninggal di Provinsi Henan. Rekor curah hujan lebat menggenangi ibu kota provinsi Zhengzhou pada 20 Juli 2021, sehingga mengubah jalan menjadi sungai yang deras dan membanjiri setidaknya sebagian dari jalur kereta bawah tanah.
Banjir terburuk Cina terjadi pada tahun 1998 yang menewaskan 4.150 orang, sebagian besar di sepanjang Sungai Yangtze