REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Arab Saudi sejauh ini menolak untuk menandatangani dokumen yang berkomitmen untuk akses gratis ke semua anggota UNESCO untuk pertemuan Komite Warisan Dunia pada September. Dokumen itu berisi masalah mengizinkan pejabat Israel memasuki negara itu sebagai poin utama.
Menurut situs Axios, diplomat Barat dan pejabat senior UNESCO dalam beberapa pekan terakhir, mengadakan pembicaraan dengan pejabat ArabSaudi mengenai perjanjian negara tuan rumah yang merupakan syarat untuk memulai persiapan dan prosedur formal untuk menyelenggarakan pertemuan.
Sementara Arab Saudi belum secara khusus menyebutkan Israel dalam keberatannya untuk menandatangani perjanjian, sumber Israel dan UNESCO mengatakan bahwa jelas Israel adalah titik tolak utama.
Menurut laporan itu, Arab Saudi ingin mengambil pendekatan hati-hati terhadap langkah publik apa pun yang dapat dilihat sebagai normalisasi dengan negara pendudukan, mencatat bahwa jika kerajaan setuju untuk mengizinkan perwakilan Israel hadir, ini akan menjadi pertama kalinya pejabat dari Israel diizinkan memasuki negara secara resmi dan terbuka.
Namun, jika Arab Saudi menolak, acara tersebut dapat dipindahkan ke negara yang berbeda.
Dilansir dari Middle East Monitor, Ahad (2/7/2023) Maret lalu, Arab Saudi secara efektif memblokir partisipasi delegasi Israel yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Eli Cohen dalam konferensi organisasi pariwisata PBB dengan mengulur-ulur penerbitan visa mereka dan membahas pengaturan keamanan.
Sementara itu, dalam beberapa pekan terakhir, para pejabat Amerika Serikat mengonfirmasi keinginan mereka untuk mencapai kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi.
Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan kesepakatan ini adalah tujuan strategis yang akan dia capai.
Arab Saudi berulang kali menegaskan, masalah Palestina harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum terlibat dalam proses normalisasi dengan Israel.
Media Israel melaporkan, dalam beberapa hari terakhir eskalasi Israel di Tepi Barat membuat kemajuan normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi menjadi sulit.
"Kami tidak dapat meremehkan pentingnya dampak realitas keamanan di Yudea dan Samaria pada kontak yang sedang berlangsung untuk memperluas cakupan normalisasi di wilayah tersebut. Sensitivitas mengenai posisi jalan adalah tinggi, dan para pemimpin di sebagian besar negara tidak bergerak berlawanan arah dengan opini publik," ujar Ben-Shabbat.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken mengatakan, normalisasi antara Arab Saudi dan Israel sangat menantang.
"Itu bukanlah sesuatu yang bisa terjadi dalam semalam, tapi ini juga merupakan prospek nyata dan sedang kami kerjakan," kata Blinken.
Sumber: middleeastmonitor