REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah menandatangani nota administratif yang memungkinkan penyitaan dana yang dibayarkan kepada lima pejabat senior Hamas yang bekerja di Eropa, berjumlah lebih dari 1 juta dolar, menurut surat kabar Israel Hayom.
Langkah baru ini merupakan bagian dari kampanye berkelanjutan oleh lembaga keamanan di Israel, bekerja sama dengan Dinas Keamanan Umum dan Biro Pemberantasan Pendanaan Teroris Israel, yang bertujuan untuk menggagalkan infrastruktur organisasi gerakan Hamas dan sumber daya keuangan di dalam Uni Eropa (UE).
Dilansir dari Aawsat, Senin (3/7/2023), memorandum tersebut mengklaim bahwa para pejabat senior ini bekerja dalam kerangka cabang asing Hamas, yang dipimpin Khaled Meshaal, untuk mengumpulkan dana dan mendapatkan dukungan publik.
Israel mengatakan ratusan ribu dolar ditransfer ke orang-orang ini untuk mempromosikan kegiatan Hamas di dalam Uni Eropa. Media Israel melaporkan bahwa aktivis Hamas tinggal di Jerman, Belanda, Austria, dan Italia.
Dalam beberapa tahun terakhir, dinas keamanan Israel telah meningkatkan pemantauan rute dan transfer dana Hamas, termasuk uang yang ditransfer ke gerakan di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan luar negeri.
Intelijen tentara memantau penukar uang Palestina di Tepi Barat, Yerusalem, dan Jalur Gaza dan menggagalkan ratusan pengiriman uang.
Israel menutup rekening, menyita aset di bank-bank Tepi Barat, membunuh penukar uang di Gaza, menutup institusi, dan mulai menindaklanjuti pengiriman uang gerakan itu dari luar negeri.
Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko
Sekitar sepekan yang lalu, penyelidik di Belanda menangkap seorang pria dan putrinya dengan tuduhan mengirim 5,4 juta dolar ke Hamas yang melanggar sanksi Uni Eropa, menurut kantor kejaksaan publik.
Pria berusia 55 tahun dan putrinya yang berusia 22 tahun dari Leidschendam dekat Den Haag ditangkap pada 22 Juni karena dicurigai memberikan pembiayaan yang besar kepada Hamas.
Penyelidik menemukan uang itu selama penggeledahan rumah di Leidschendam, sebuah bisnis di Rotterdam, dan rekening bank sekitar 750 ribu euro.
Kantor kejaksaan umum mengatakan pasangan itu diduga mengirimkan sekitar 5,5 juta euro (6 juta dolar) kepada badan-badan "yang terkait dengan organisasi Hamas, yang diberi sanksi pada 2003."
Ayah dan anak itu diduga berpartisipasi dalam organisasi kriminal yang bertujuan untuk mendukung keuangan Hamas, kata pernyataan penuntutan. Mereka tetap dalam tahanan. Nama mereka tidak dirilis, sesuai dengan peraturan privasi Belanda.
Uni Eropa memasukkan Hamas ke daftar hitam setelah serangan 11 September 2001 yang menargetkan New York dan Washington.
Israel bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Eropa untuk menuntut sumber pendanaan gerakan tersebut.
Sumber: aawsat