REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan AS Janet Yellen akan melakukan perjalanan ke Beijing pada 6 Juli 2023. Ia akan menemui sejumlah pejabat senior China untuk mendiskusikan mengenai berbagai masalah, termasuk kekhawatiran AS tentang undang-undang kontra spionase China yang baru.
Perjalanan Yellen yang telah lama dinantikan adalah bagian dari dorongan Presiden Joe Biden untuk memperdalam komunikasi antara dua ekonomi terbesar dunia. Ini bertujuan untuk menstabilkan hubungan dan meminimalkan risiko kesalahan ketika ketidaksepakatan muncul, kata pejabat dari Departemen Keuangan AS, dikutip Senin (3/7/2023).
Itu terjadi hanya beberapa minggu setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengunjungi Beijing. Pada pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping, keduanya sepakat menstabilkan hubungan dan memastikan persaingan sengit kedua negara tidak mengarah ke konflik.
China memprotes dengan keras ketika Biden kemudian menyebut Xi sebagai "diktator", tetapi para analis mengatakan pernyataan itu berdampak kecil pada upaya untuk meningkatkan hubungan.
Kepala Departemen Keuangan berencana untuk memberi tahu tim ekonomi baru China bahwa Washington akan terus membela hak asasi manusia dan kepentingan keamanan nasionalnya sendiri melalui tindakan yang ditargetkan terhadap China, tetapi ingin bekerja sama dengan Beijing dalam tantangan mendesak seperti perubahan iklim dan kesulitan utang yang dihadapi banyak negara.
"Kami mencari hubungan ekonomi yang sehat dengan China, yang mendorong pertumbuhan dan inovasi di kedua negara," kata pejabat itu.
"Kami tidak berusaha untuk memisahkan ekonomi kami. Penghentian penuh perdagangan dan investasi akan membuat negara kami tidak stabil dan ekonomi global," tambahnya.
Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, menolak memberikan rincian tentang pejabat China mana yang akan ditemui Yellen di Beijing. Seorang pejabat administrasi kedua mengatakan kepada Reuters bahwa Yellen diperkirakan akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.