Senin 03 Jul 2023 18:47 WIB

Harga Minyak Reli karena Pemotongan Produksi Arab Saudi dan Rusia

Arab Saudi dan Rusia melanjutkan pemotongan produksi minyak untuk Agustus.

Harga minyak dibuka naik pada Senin (3/7/2023 setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pemotongan pasokan untuk Agustus.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Harga minyak dibuka naik pada Senin (3/7/2023 setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pemotongan pasokan untuk Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Harga minyak dibuka naik pada Senin (3/7/2023 setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pemotongan pasokan untuk Agustus. Pemotongan ini membayangi kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga AS lebih lanjut.

Minyak mentah Brent berjangka naik 0,6 persen, atau 43 sen menjadi 75,84 dolar AS per barel setelah naik 0,8 persen pada akhir pekan lalu. Minyak mentah antara West Texas Intermediate AS naik 0,7 persen atau 48 sen menjadi 71,12 dolar AS setelah naik 1,1 persen di sesi sebelumnya.

Baca Juga

Brent telah turun dari 113 dolar AS per barel tahun lalu, lebih rendah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi dan pasokan yang cukup dari produsen utama. Baik Riyadh maupun Moskow telah berusaha menopang harga. 

Arab Saudi pada Senin mengatakan akan memperpanjang pemotongan sukarela 1 juta barel per hari (bpd) untuk satu bulan lagi, termasuk Agustus, kata kantor berita negara. Rusia, yang berusaha untuk menaikkan harga minyak dunia bersama Arab Saudi, akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 500 ribu barel per hari pada bulan Agustus, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pada hari Senin, memperketat pasokan global lebih lanjut.

Pemotongan tersebut merupakan 1,5 persen dari pasokan global. Ini menjadikan total yang dijanjikan oleh produsen minyak OPEC+ menjadi 5,16 juta barel per hari.

"Investor berubah optimistis ketika paruh kedua tahun ini dimulai; mereka memperkirakan neraca minyak yang lebih ketat dan ekuitas yang kuat juga menunjukkan bahwa resesi akan dihindari, meskipun mungkin secara tipis," kata analis PVM Tamas Varga.

Harga telah jatuh di awal sesi setelah survei bisnis menunjukkan aktivitas pabrik global merosot pada bulan Juni, karena permintaan yang lesu di China dan Eropa menutupi prospek eksportir. Kekhawatiran perlambatan ekonomi lebih lanjut mengurangi permintaan bahan bakar telah tumbuh pada hari Jumat karena inflasi AS terus melampaui target 2 persen bank sentral dan memicu ekspektasi akan menaikkan suku bunga lagi.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperkuat dolar, membuat komoditas seperti minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement