Senin 03 Jul 2023 18:50 WIB

Ciri-Ciri Orang Tua Belum Matang Secara Emosional, Anak Bisa Jadi Korban

Anak dari ortu yang belum matang emosionalnya seolah berjalan di atas kulit telur.

Rep: Mgrol146/ Red: Qommarria Rostanti
Anak dari orang tua yang belum matang secara emosional (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Anak dari orang tua yang belum matang secara emosional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Namun tak jarang, ada beberapa orang tua yang menjadikan anak sebagai "sarana" untuk mengeluarkan emosi (pelampiasan). 

Banyak anak yang dibesarkan dalam keluarga yang disfungsional, di mana anak tidak menerima perawatan dan perhatian yang layaknya hak seorang anak. Jika di dalam keluarga memiliki konflik tersebut, biasanya keluarga tersebut penuh dengan konflik dan ketidakharmonisan. 

Baca Juga

Anak adalah tanggung jawab tebesar orang tua. Orang tua bukan hanya sekadar kehadiran fisik ayah dan ibu. Orang tua juga merupakan rumah pulang ternyaman seorang anak, tempat aman untuk anak, dan menjadi tempat berkembangnya anak dengan baik. 

Dilansir laman Hindustan Times, Therapist Morgan Pommells mengatakan, anak-anak yang berasal dari orang tua yang tidak matang secara emosional tumbuh berjuang untuk menerima dukungan emosional atau perawatan dari orang tua mereka. Karena ketidakstabilan emosi orang tua, mereka sering merasa seperti berjalan di atas kulit telur, berusaha sebisa mungkin untuk membuat orang tua mereka marah atau kesal.

Rasa sakit anak karena hal ini menyebabkan kebencian, ketakuan, kewaspadaan yang berlibihan saat ia beranjak dewasa. Berikut ini beberapa ciri orang tua yang belum matang secara emosional:

1. Berjuang dengan validasi emosional

Mereka biasanya berfokus pada kehidupan dan urusan mereka sendiri. Membuat mereka berjuang untuk memberikan validasi emosional dan empati kepada anak-anak mereka, ketika membutuhkannya.

2. Memikirkan citra sendiri

Biasanya orang seperti ini adalah orang egois karena mereka memaksa anak untuk mengikuti aturan yang telah mereka buat tanpa pengecualian, tidak perduli anak suka atau tidak. Ketika anak gagal mengikuti peraturan tersebut, maka anak akan dihakimi dan di kritik. Yang mereka khawatirkan adalah omongan orang ketika tahu anaknya gagal.

3. Mengandalkan anak-anak untuk pengaturan emosi

Mereka begitu terpaku pada kebutuhan emosional mereka yang harus terpenuhi sehingga anak harus melakukan hal yang sama juga.

4. Melawan kenyataan

Menolak kenyataan untuk tanggung jawab  atas tindakan yang mereka lakukan secara sengaja. Memang tidak ada orang tua yang sempurna tapi alangkah baiknya Anda mencoba untuk menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak sehingga menumbuhkan anak-anak yang berkualitas dan sehat secara mental.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement