REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT – Israel melakukan serangan udara ke kamp pengungsian Jenin, Tepi Barat menggunakan drone. Salah satu serangan terbesar terhadap Tepi Barat dalam 20 tahun terakhir. Delapan warga Palestina meninggal dalam serangan itu.
Ratusan personel pasukan Israel juga terlibat pertempuran yang berlanjut hingga Senin (3/7/2023) sore. Tembakan senjata dan ledakan terdengar sepanjang hari, di tengah pertempuran yang melibatkan pasukan Israel dengan pejuang Brigade Jenin.
‘’Apa yang terjadi di kamp pengungsian benar-benar perang,’’ ujar pengemudi ambulans Palestina, Khaled Alahmad. "Ada serangan udara menargetkan kamp setiap kami mengendarai ambulans. Ada lima hingga tujuh ambulans, yang saat kembali dipenuhi orang terluka.’’
Pada Senin pagi, setidaknya ada enam drone di atas kamp dengan luas sekitar setengah kilometer persegi yang dihuni 14 ribu orang. Sejumlah negara mengecam serangan ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani mengecam serangan Israel terhadap Jenin. Ia menggambarkannya sebagai kejahatan, ini bagian dari terorisme negara. Zionis, kata dia, kali ini akan dikalahkan.
‘’Kejahatan yang terus berlanjut dilakukan Zionis sekali lagi membuktikan, normalisasi hubungan dengan Zionis tak akan menghentikan mereka sebagai mesin pembunuh, tidak pula akan menghalangi atau memengaruhinya,’’ kata Kanaani dalam konferensi pers, Senin.
Sejumlah negara di dunia Islam telah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel di antaranya Yordania dan Mesir. Keduanya lebih awal menormalisasi hubungan. Sedangkan Maroko, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Sudan melakukannya melalui Abraham Accord pada 2020 yang dimediasi AS saat pemerintahan Presiden Donald Trump.
Kini AS, sekutu Israel, mendorong agar Arab Saudi juga menormalisasi hubungan dengan Israel. Namun Saudi menyatakan belum bersedia melakukannya. Menurut mereka normalisasi hanya memberikan manfaat kecil jika Palestina tak menjadi negara merdeka.
Kementerian Luar Negeri Mesir juga mengecam....