REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Turki menegaskan kembali tetap akan menentang keanggotaan Swedia di NATO. Kecuali, mereka berhenti memberikan ruang kepada kelompok yang dianggap Turki sebagai teroris. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan lagi hal ini.
Berkali-kali, Turki menyatakan Swedia perlu menempuh langkah lanjutan untuk tak memberikan kesempatan pada para pendukung Kurdistan Workers' Party (PKK) dan jaringan yang bertanggung jawab atas upaya kudeta pada 2016.
‘’Setiap orang mestinya menyadari mereka tak akan menjalin persahabatan dengan Turki dengan mengizinkan teroris berunjuk rasa di sebagian besar lapangan di kota mereka,’’ kata Erdogan dalam rapat kabinet, Senin (3/7/2023).
Dalam beberapa bulan belakangan ini, pengunjuk rasa di Stockholm mengibarkan bendera yang menunjukkan dukungan ke PKK, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris bukan hanya oleh Turki tetapi juga negara-negara Barat termasuk Swedia.
‘’Posisi, harapan, dan janji yang kami sampaikan sudah jelas semuanya. Saat ini, kami mempertahankan prinsip senada seperti tahun sebelumnya. Kami hanya ingin mereka bisa dipercaya atas apa yang telah mereka tanda tangani,’’ ujar Erdogan.
Baca Juga: Kuasai Baltik Sejak 1904, Swedia Bisa Jadi Kekuatan Perang Bawah Laut NATO
Swedia menyatakan telah menjalankan apa yang diinginkan Turki demi memperoleh persetujuan masuk NATO. Termasuk menerapkan undang-undang antiterorisme baru bulan lalu.
Namun, Turki menyatakan, perubahan undang-undang yang Swedia lakukan tak berarti apa-apa selama pendukung PKK bebas terus berdemonstrasi di sana. Unjuk rasa di Stockholm pekan lalu pada Idul Adha berupa pembakaran Alquran lebih jauh membuat marah Turki.
Bulan lalu Sekjen NATO.....