Selasa 04 Jul 2023 08:57 WIB

Ratusan Pendemo di Prancis Beri Dukungan Wali Kota yang Rumahnya Diserang dan Dibakar

Gelombang protes dimulai setelah seorang polisi Prancis menembak mati seorang remaja.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Otoritas penegak hukum di Prancis pada Kamis (29/6/2023) menangkap 176 orang dalam kerusuhan yang pecah setelah kematian seorang remaja berusia 17 tahun
Foto: AP
Otoritas penegak hukum di Prancis pada Kamis (29/6/2023) menangkap 176 orang dalam kerusuhan yang pecah setelah kematian seorang remaja berusia 17 tahun

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Ratusan orang berunjuk rasa di Prancis pada Senin (3/6/2023), untuk mendukung seorang wali kota yang rumahnya diserang oleh orang tak dikenal, dan sebuah mobil ikut terbakar. Serangan yang merusak properti seorang pejabat itu, ketika negara tersebut memasuki minggu kedua gelombang protes dan kerusuhan.

Kerumunan massa di wilayah L'Haÿ-les-Roses, pinggiran kota Paris, menunjukkan solidaritas terhadap Wali kota Vincent Jeanbrun, yang rumahnya ditabrak kendaraan pada Ahad (2/7/2023), pagi.

Baca Juga

Solidaritas tersebut ditunjukkan setelah suasana malam kota yang lebih tenang di negara tersebut, yang pada malam sebelumnya dilanda protes kemarahan banyak orang. Hal itu terjadi setelah aksi seorang polisi menembak dan menewaskan seorang anak laki-laki berusia 17 tahun di sebuah lokasi razia lalu lintas pada Selasa (27/6/2023) lalu.

Alamat Jeanbrun sudah dikenal luas di masyarakat sebelum serangan tersebut, demikian dilaporkan oleh stasiun televisi afiliasi CNN, BFMTV. Insiden tersebut melukai istri dan salah satu anaknya, kata Jeanbrun sebelumnya, dan menyebutnya sebagai upaya pembunuhan.

Penduduk setempat dan para pejabat memegang spanduk di pawai yang bertuliskan 'Bersama untuk republik!' Jeanbrun, yang mengenakan selempang tiga warna Prancis, mengatakan kepada para pendukungnya: "Saya hanya punya satu kata: terima kasih."

"Demokrasi telah diserang," katanya. "Lebih dari sebelumnya, republik kita dan para pelayannya terancam dan diserang," tambahnya.

Dalam pernyataan sebelumnya pada hari Ahad (2/7/202), wali kota mengatakan bahwa ketika dia berada di balai kota. "Beberapa orang menabrakkan mobil mereka ke kediaman saya sebelum membakarnya untuk membakar rumah saya, di mana istri dan dua anak saya yang masih kecil sedang tidur," katanya.

"Ketika mencoba melindungi anak-anak dan melarikan diri dari para penyerang, istri dan salah satu anak saya terluka," katanya, seraya menambahkan bahwa ia tidak memiliki kata-kata yang cukup kuat untuk menggambarkan emosinya terhadap kengerian malam itu.

Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan 157 orang ditahan semalam hingga Senin pagi, turun dari lebih dari 700 orang pada malam sebelumnya. Tiga petugas polisi terluka, sebuah kantor polisi diserang dan 352 jalan umum dibakar, namun BFMTV melaporkan bahwa tidak ada insiden besar yang dilaporkan dalam semalam.

Presiden Prancis Emmanuel Macron akan meluncurkan prosedur untuk 'memahami secara mendalam' penyebab kerusuhan yang telah mengguncang Prancis selama seminggu terakhir, sebuah sumber yang hadir dalam pertemuan antara Macron dan para pejabat tingginya pada Ahad mengatakan kepada CNN.

Macron mengatakan kepada para menteri yang hadir untuk terus melakukan segalanya untuk menegakkan ketertiban, kata sumber tersebut.

Gelombang protes dimulai setelah seorang petugas polisi menembak mati Nahel Merzouk, 17 tahun, saat melakukan penghentian lalu lintas. Petugas yang dituduh melakukan penembakan tersebut telah didakwa melakukan pembunuhan tidak disengaja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement