REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Militer Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran ke kamp pengungsi Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat. Serangan ini merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Kamp pengungsi Jenin menjadi rumah bagi para pejuang yang membentuk sebuah kelompok perlawanan Palestina, terutama dalam satu tahun terakhir.
Dilaporkan Aljazirah, kamp pengungsi Jenin awalnya didirikan pada 1953 untuk menampung warga Palestina yang mengalami pembersihan etnis selama peristiwa Nakba 1948. Peristiwa ini memaksa sekitar 750.000 orang Palestina melarikan diri dari rumah mereka. Hal ini semakin membuka jalan bagi Israel untuk mendirikan sebuah negara.
Kamp di Jenin telah mengalami banyak kerusuhan selama beberapa dekade dan hampir hancur pada 2002, ketika tentara Israel melakukan penyerangan selama Intifadah kedua. Pada saat itu, menurut penyelidikan Human Rights Watch (HRW), setidaknya 52 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak tewas. Selain itu, 23 tentara Israel tewas dan beberapa lainnya luka-luka.
Jenin baru-baru ini mengalami serangan intensif oleh pasukan Israel, terutama sejak 2021, karena telah menjadi simbol utama perlawanan Palestina. Hal menjadi perhatian Israel adalah pemuda di Jenin semakin gencar mengangkat senjata. Mereka melakukan perlawanan untuk keluar dari tekanan pendudukan Israel dan kecewa dengan berkurangnya efektivitas Otoritas Palestina (PA).
Kamp pengungsi Jenin menampung pejuang bersenjata dari beberapa faksi. Israel menganggap Jenin sebagai pusat aktivitas teroris bukan perlawanan.
Pada 2022, pasukan Israel membunuh lebih dari 170 warga Palestina, termasuk setidaknya 30 anak-anak di Yerusalem Timur dan Tepi Barat. Serangan pada 2022 digambarkan sebagai tahun paling mematikan bagi warga Palestina yang tinggal di daerah Jenin sejak 2006.
Sejak awal 2023, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 160 warga Palestina, termasuk 26 anak-anak. Korban tewas termasuk 36 warga Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel selama serangan empat hari di Jalur Gaza antara 9 dan 13 Mei.
Serangan terbaru Israel di Jenin dimulai pada Ahad (2/7/2023) malam dengan setidaknya 10 serangan udara di daerah padat, yang menampung sekitar 14.000 warga Palestina. Serangan itu termasuk serangan pesawat tak berawak dan rudal yang merusak bangunan dan infrastruktur. Serangan Israel tersebut menyebabkan asap tebal mengepul dari reruntuhan bangunan.
Israel tidak menggunakan serangan pesawat tak berawak di Tepi Barat sejak 2006. Pada 21 Juni, Israel mengerahkan pesawat tak berawak untuk menyerang Jenin yang menewaskan beberapa orang dan membuat marah para pejuang Palestina.
Setelah penyerangan, pasukan Israel kemudian mengepung kamp pengungsian menggunakan puluhan kendaraan lapis baja sebagai persiapan untuk operasi militer darat besar-besaran, sehingga menyebabkan kerusakan parah pada rumah dan jalan. Sekitar 150 kendaraan lapis baja dan 1.000 tentara dari pasukan khusus elit, militer, intelijen umum, polisi, dan polisi perbatasan berpartisipasi dalam operasi tersebut.
Pintu masuk kota ditutup menggunakan traktor, sehingga membantu pasukan masuk ke Jenin. Baku tembak terjadi setelah pasukan Israel memasuki kamp dan berhadapan dengan pejuang perlawanan Palestina.
Penduduk setempat melaporkan, peluru ditembakkan tanpa pandang bulu ke rumah mereka. Wakil Gubernur Jenin, Kamal Abu al-Rub mengatakan, tentara Israel memutus semua listrik, telekomunikasi, dan air sebagai hukuman kolektif untuk semua penduduk.