REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – NATO memutuskan memperpanjang jabatan Jens Stoltenberg sebagai sekjen selama satu tahun. Dalam kondisi sekarang, pakta pertahanan ini lebih memilih sekjen berpengalaman dibandingkan sosok baru.
Stoltenberg, mantan perdana menteri Norwegia, telah menjabat sekjen sejak 2014. Masa jabatannya telah diperpanjang tiga kali. Keputusan ini dipilih 31 negara anggota di tengah tantangan untuk tetap mendukung Ukraina dalam peranga melawan Rusia.
Laki-laki berusia 64 ini, secara luas dinilai sebagai pemimpin mumpuni dan dikenal sabar dalam mencapai kesepakatan. Dalam pernyataan melalui akun Twitternya, ia merasa terhormat atas perpanjangan jabatannya sampai 1 Oktober 2024 mendatang.
‘’Ikatan transatlantik antara Eropa dan Amerika Utara meyakinkan kebebasan serta keamanan kita hampir 75 tahun. Dalam dunia yang kian berbahaya, aliansi kita lebih penting dibandingkan apapun,’’ kata Stoltenberg.
Para diplomat dan pengamat memberikan penilaian tinggi pada Stoltenberg karena mampu menjaga kebersamaan NATO dalam membela Ukrana. Mampu menjembatani pihak yang ingin dukungan maksimum pada Ukraina dan yang bersikap hati-hati.
‘’Anggota NATO memutuskan secara cukup logis sekjen terbaik saat ini adalah yang telah mereka punya. Pengalaman menjadi penentu,’’ ujar Jamie Shea, mantan pejabat senior NATO yang kini bergabung dengan lembaga think tank, Chatham House.
Tugas selanjutnya, jelas Shea, adalah menstranformasi pasukan NATO untuk fokus dalam bertahan mengadang serangan Rusia, setelah beberepa dekade NATO berkonsentrasi dalam misi di luar perbatasan negara anggota, seperti Afghanistan dan Balkan.
Stoltenberg juga mesti mengelola perbedaan bagaimana NATO terlibat dinamika di Asia. AS mendorong peran lebih besar NATO untuk mengimbangi pengaruh Cina. Sedangkan Prancis menegaskan, NATO mestinya tetap fokus di wilayah Atlantik Utara.
Di sisi lain, Stoltenberg memperoleh pujian yang mampu memandu NATO melalui turbulensi selama masa Donald Trump memimpin AS. Saat itu, Trump secara terbuka menyatakan kemungkinan membawa AS keluar dari NATO.
Namun, sejumlah pejabat NATO merasa tahun ini menjadi waktu yang tepat bagi kepemimpinan yang baru. Lagi pula, pada Februari lalu Stoltenberg menyatakan tak akan berniat memperpanjang jabatan sebagai sekjen.
Sejumlah diplomat dan politisi membahas mengenai penerus Stoltenberg. Satu pihak merasa saatnya mendapatkan bos perempuan untuk NATO. Sedangkan yang lain, menginginkan sekjen untuk pertama kalinya dari Eropa timur.
Menhan Inggris Ben Wallace menyatakan dirinya menyukai pekerjaan sebagai sekjen NATO. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen juga dianggap sebagai calon serius. Meski di depan publik ia menyatakan tak tertarik mencalonkan diri.
Namun, seiring jarum jam terus berputar mendekati tanggal pertemuan NATO pada 11-12 Juli di Vilnius, Lithuania, para diplomat mengungkapkan tak tercapai kesepakatan siapa sosok penerus Stoltenberg.
Maka, NATO dan negara yang memiliki pengaruh besar, AS kembali memberikan kepercayaan kepada Stoltenberg. Shea mengatakan, saat ini NATO perlu mempertimbangkan kembali rencana suksesi kelak dan mengidentifikasi sosok yang merepresentasikan citra dan arah mereka.