REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK---Studi mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Shirly Gunawan, Sp.FK, mencatat bahwa kandungan senyawa jahe dapat menjadi obat baru bagi tubuh. Efek kandungan senyawa pada jahe dapat menjadi bahan alami dalam pengobatan Sindrom Metabolik (MetS).
Shirly menjelaskan MetS merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Seseorang dikatakan menderita MetS apabila mengalami sedikitnya tiga dari lima kondisi, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), abnormalitas kadar lemak dalam darah (dislipidemia), kadar trigliserida tinggi (hipertrigliseridemia), kadar gula darah tinggi (hiperglikemia), dan obesitas dengan penumpukan lemak di perut.
Shirly memandang prevalensi MetS secara global kian meningkat ditilik dari data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Dari 35% populasi dewasa di Amerika Serikat, sebanyak 50–60% mengalami MetS.
Di Cina, MetS dialami oleh sekitar 58,1% dari populasi berusia >60 tahun. Sementara itu, di Indonesia, prevalensi MetS mencapai angka 23%. Tingginya angka prevalensi MetS lalu banyak yang tak diimbangi dengan pengobatan yang adekuat.
“Hingga saat ini, belum ada obat tunggal untuk mengatasi MetS, dan pada umumnya, pasien dengan MetS mendapat pengobatan yang bersifat polifarmasi (penggunaan beberapa obat secara bersamaan) sehingga memengaruhi kepatuhan (compliance) pasien dalam berobat," kara Shirly dalam sidang promosi doktornya beberapa waktu lalu, dikutip dari siaran pers Humas UI pada Rabu (5/7/2023).
"Hal inilah yang kemudian mendorong kami untuk menganalisis efek modulasi salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam jahe, yaitu 6-gingerol, terhadap MetS dengan fokus pada jalur endoplasmic reticulum stress atau ER stress,” lanjut dia.
ER stress adalah kondisi akumulasi unfolded atau misfolded protein pada lumen retikulum endoplasma (RE). Kondisi ini akan mengaktivasi jalur sinyal Unfolded Protein Response (UPR) dengan target utama pada organ hati, jaringan lemak, usus, dan otot rangka.
UPR mampu meredakan ER stress, menjaga keseimbangan RE, serta meningkatkan kemampuan adaptasi dan daya tahan sel. Apabila sel dapat menghadapi ER stress, ia akan bertahan hidup. Sebaliknya, jika sel tidak mampu mengatasi ER stress, akan terjadi disfungsi dan kematian sel, sehingga terjadi kelainan metabolik, seperti DMT2, dislipidemia, dan obesitas. "Jalur ER stress berperan penting terhadap terjadinya MetS," ujarnya.
Dalam penelitiannya, menggunakan model tikus jantan Sprague-Dawley dan melakukan pemberian 6-gingerol pada 5 kelompok tikus selama 8 minggu. Pemberian 6-gingerol dosis 100–200 mg/kg/hari menunjukkan adanya kemampuan modulasi jalur ER stress pada model tikus MetS.
Senyawa ini dapat mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah puasa, dan memperbaiki resistensi insulin. Dengan demikian, 6-gingerol berpotensi menjadi kandidat obat baru untuk kelainan metabolik.
Selama ini, jahe dikenal sebagai tanaman obat yang memiliki keunggulan sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiobesitas, antidiabetes, antimikroba, antikanker, neuroproteksi, proteksi kardiovaskuler, dan proteksi terhadap gangguan saluran napas.