Rabu 05 Jul 2023 09:01 WIB

Presiden Abbas Instruksikan Sediakan Bantuan untuk Rakyat Palestina di Jenin

Fasilitas rumah sakit di Jenin menjadi sasaran serangan ekstensif militer Israel.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina membawa seorang pria terluka yang ditembak oleh tembakan Israel saat serangan militer di kamp pengungsi Jenin, kubu militan di Tepi Barat yang diduduki, Selasa, (4/7/2023).
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Warga Palestina membawa seorang pria terluka yang ditembak oleh tembakan Israel saat serangan militer di kamp pengungsi Jenin, kubu militan di Tepi Barat yang diduduki, Selasa, (4/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menginstruksikan untuk menyediakan semua sumber daya yang dapat diakses untuk membantu rakyat Palestina di Jenin. Dia mengarahkan memanfaatkan semua kemampuan membantu para pengungsi yang dipaksa oleh militer Israel untuk meninggalkan rumah.

Menurut laporan kantor beirta milik Otoritas Nasional Palestina WAFA, Abbas menekankan perlunya menyediakan pasokan medis yang diperlukan ke rumah sakit di kota Jenin. Fasilitas itu dikabarkan menjadi sasaran serangan ekstensif dan agresi berkelanjutan oleh pasukan pendudukan.

Baca Juga

Juru bicara kantor kemanusiaan PBB, Vanessa Huguenin,  menyatakan kerusakan infrastruktur yang disebabkan oleh serangan udara telah memutuskan sebagian besar air dan listrik di kamp tersebut. "Kami khawatir dengan skala operasi udara dan darat yang terjadi di Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, dan serangan udara menghantam kamp pengungsi yang padat penduduk," ujarnya.

Palang Merah mengungkapkan rasa prihatin dengan intensifikasi kekerasan bersenjata yang mengkhawatirkan di Jenin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan amal medis MSF menyuarakan keprihatinan tentang akses.

"Serangan terhadap perawatan kesehatan termasuk pencegahan akses ke orang yang terluka sangat memprihatinkan," kata juru bicara WHO, Christian Lindmeier.

Lindmeier menyatakan, bahwa pembatasan yang diberlakukan oleh pasukan Israel berarti petugas pertolongan pertama tidak dapat menjangkau yang terluka parah di dalam kamp. Badan amal medis MSF mengatakan buldoser militer telah menghancurkan jalan menuju kamp, membuat ambulans hampir tidak mungkin menjangkau pasien.

"Paramedis Palestina terpaksa berjalan kaki, di daerah dengan tembakan aktif dan serangan pesawat tak berawak," kata lembaga tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement