Rabu 05 Jul 2023 11:12 WIB

Tiga Penembakan Massal di AS, Biden Minta Parlemen Segera Reformasi UU Senjata Api

Biden telah mengajukan permohonan pelarangan senjata serbu, namun ditolak.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Presiden AS Joe Biden meminta anggota parlemen dari Partai Republik di Kongres AS untuk bernegosiasi dengan rekan-rekannya dari Partai Demokrat mengenai reformasi aturan pemakaian senjata api.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Joe Biden meminta anggota parlemen dari Partai Republik di Kongres AS untuk bernegosiasi dengan rekan-rekannya dari Partai Demokrat mengenai reformasi aturan pemakaian senjata api.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Joe Biden pada Selasa (4/7/2023), mengatakan bahwa kekerasan dengan senjata api yang kerap terjadi di masyarakat AS ibarat mengoyak komunitas AS. Pernyataan ini disampaikan Biden menanggapi penembakan massal di hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli.

"Diperlukan lebih banyak tindakan untuk mengatasi epidemi kekerasan dengan senjata api yang mencabik-cabik komunitas kita," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Gedung Putih, Selasa (4/6/2023).

Baca Juga

Dia meminta anggota parlemen dari Partai Republik di Kongres AS untuk bernegosiasi dengan rekan-rekannya dari Partai Demokrat mengenai reformasi aturan pemakaian senjata api. "Adalah dalam kekuasaan kita untuk sekali lagi melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi, mewajibkan penyimpanan senjata yang aman, mengakhiri kekebalan produsen senjata dari pertanggungjawaban, dan memberlakukan pemeriksaan latar belakang secara universal," ujar Biden dalam pernyataan tertulisnya.

Biden telah membuat permohonan serupa sebelumnya, namun permintaan itu ditolak. Sementara kasus penembakan massal, yang mematikan cenderung menghidupkan kembali perdebatan sengit mengenai kontrol senjata di Amerika Serikat.

Amandemen Kedua Konstitusi AS yang melindungi hak untuk membawa senjata merupakan isu hangat bagi banyak anggota Partai Republik. Terutama bagi anggota yang diduga menerima jutaan dolar dari kelompok dan produsen senjata.

Amerika Serikat telah berjuang dengan sejumlah besar penembakan massal dan insiden kekerasan senjata api tahun ini. Sejauh ini telah terjadi lebih dari 340 penembakan massal pada tahun 2023 di negara ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Gun Violence Archive.

Kelompok Gun Violence Archive ini, mendefinisikan penembakan massal sebagai insiden yang menewaskan sedikitnya empat orang, tidak termasuk penembak. Pernyataan Biden muncul setelah penembakan pada Senin malam di Fort Worth, Texas dan di Philadelphia, yang menewaskan tiga dan lima orang.

Sehari sebelumnya, dua orang ditembak mati dan 28 lainnya terluka, sekitar setengah dari mereka adalah anak-anak, dalam hujan tembakan di sebuah pesta di luar ruangan di Baltimore, Maryland.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement