Rabu 05 Jul 2023 13:11 WIB

Arab Saudi: Normalisasi Turki-Mesir akan Berdampak Positif di Kawasan

Pemulihan Turki-Mesir akan memberikan efek positif pada perdamaian di kawasan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Arab Saudi menyambut pemulihan hubungan diplomatik antara Turki dan Mesir.
Foto: Kepresidenan Turki via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Arab Saudi menyambut pemulihan hubungan diplomatik antara Turki dan Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Arab Saudi menyambut pemulihan hubungan diplomatik antara Turki dan Mesir. Riyadh menilai, hal tersebut akan memberikan efek positif pada perdamaian di kawasan.

“Langkah ini (normalisasi diplomatik Turki-Mesir) akan berdampak positif pada peningkatan keamanan serta perdamaian regional dan internasional dan melayani kepentingan bersama dengan cara yang mencapai aspirasi negara-negara dan rakyat di kawasan ini,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, Selasa (4/7/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Mesir dan Turki telah resmi memulihkan hubungan diplomatik setelah ketegangan selama hampir satu dekade. Kedua negara sudah menunjuk duta besar (dubes) untuk menjadi perwakilan masing-masing.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Mesir mengungkapkan, keputusan pemulihan hubungan diplomatik penuh dengan Turki tercapai setelah adanya kesepakatan antara Presiden Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Mesir menunjuk Amr El Hamamy untuk menjadi dubesnya di Ankara. Sementara, Turki mengangkat Salih Mutlu Sen sebagai diplomat tertingginya untuk Kairo.

“Langkah ini bertujuan untuk membangun hubungan normal antara kedua negara sekali lagi dan menunjukkan tekad bersama untuk bekerja meningkatkan hubungan bilateral mereka,” kata Kemenlu Mesir dalam pernyataannya, Selasa lalu.

Mesir dan Turki sudah menjajaki upaya pemulihan hubungan diplomatik sejak 2021. Kedua negara telah menggelar serangkaian pertemuan untuk membahas dan menyelesaikan perbedaan di antara mereka. Upaya tersebut menunjukkan peluang positif ketika Erdogan dan al-Sisi bertemu di acara pembukaan Piala Dunia Qatar pada November 2022 lalu. Itu menjadi pertemuan perdana keduanya sejak al-Sisi menjabat sebagai presiden Mesir pada 2014.

Menyusul tercapainya kesepakatan pemulihan hubungan diplomatik, beberapa pejabat Mesir, seperti dikutip laman The National mengungkapkan, Sisi dan Erdogan berencana untuk segera bertemu. Namun lokasi pertemuan belum ditentukan.

Hubungan Turki dan Mesir telah mengalami keretakan selama hampir satu dekade. Turki diketahui menolak mengakui pemerintahan Sisi pasca kudeta militer yang dilakukannya terhadap mantan presiden Mesir Mohamed Morsi pada 2013. Erdogan adalah tokoh yang mendukung Morsi. Turki dan Mesir akhirnya memutuskan menarik duta besarnya masing-masing.

Pada Februari 2019, Erdogan sempat mengatakan dia tidak akan bertemu Sisi sampai seluruh tahanan politik Mesir dibebaskan. Beberapa kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa Mesir menahan 65 ribu tahanan politik. “Saya tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti itu. Pertama-tama, dia (Sisi) perlu membebaskan semua narapidana dengan amnesti umum. Selama dia tidak membebaskan orang-orang itu, kami tidak bisa bertemu dengan Sisi,” kata Erdogan kala itu.

Meski dibekap ketegangan, hubungan perdagangan antara Mesir dan Turki tetap berjalan, bahkan memperlihatkan pertumbuhan. Nilai perdagangan bilateral kedua negara hampir mencapai 10 miliar dolar AS tahun lalu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement