REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah kejuaraan sepak bola berskala internasional kerap menimbulkan polemik lanjutan soal kesiapan insfrastruktur, terutama soal permukaan lapangan. Maklum, di atas lapangan itulah para pemain saling bersaing, berjibaku, dan unjuk kebolehan demi berburu kemenangan.
Kala Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, perwakilan FIFA sempat melakukan inspeksi ke sejumlah stadion di Tanah Air. Tidak hanya soal infrastruktur pendukung, seperti kondisi ruang ganti pemain, akses, hingga alur mobilitas penonton, FIFA juga tentu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi permukaan lapangan.
Langkah serupa juga sepertinya akan dilakukan FIFA menyusul penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17, yang bakal bergulir pada 10 November hingga 2 Desember mendatang. Namun, perdebatan soal lapangan berstandar FIFA sudah mulai bermunculan. Padahal, FIFA belum melakukan inspeksi lanjutan terhadap stadion ataupun lapangan-lapangan tersebut.
Berdasarkan sejumlah dokumen yang terdapat di laman resmi, FIFA sebenarnya sudah memiliki perangkat yang cukup ketat dalam menilai kelayakan lapangan permainan. Bahkan, FIFA membeberkan pedoman dan panduan dalam membangun stadion dan lapangan permainan, baik yang menggunakan rumput alami, perpaduan antara rumput alami dengan rumput sintetis atau hibrida (hybrid), ataupun sepenuhnya menggunakan rumput sintetis.
Dalam keterangannya, FIFA tidak pernah menegaskan lapangan berstandar FIFA adalah lapangan yang menggunakan rumput alami, hybrid, ataupun rumput sintetis. Sejauh sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan, apa pun jenis rumput yang digunakan di sebuah lapangan permainan dapat mengantongi pengakuan sebagai lapangan berstandar FIFA. Sebagai contoh pada Piala Dunia Wanita 2015, Kanada menggunakan lapangan sintetis. Namun belakangan FIFA memberikan "red flag" kepada rumput sintetis karena risiko cedera yang lebih besar bagi atlet.
FIFA menomorsatukan lapangan yang menggunakan rumput alami. FIFA juga tak membatasi satu atau dua jenis rumput yang boleh digunakan. FIFA memberikan rekomendasi untuk rumput yang sesuai dengan karakteristik geografis dari negara tempat lapangan tersebut berasal. Untuk Asia misalnya, rumput zoysia japonica dan zoysia matrella dianggap paling pas dan memenuhi standar FIFA. Namun Qatar justru menggunakan rumput dari Amerika Serikat yang dikembangbiakkan di Georgia untuk stadion-stadion Piala Dunia 2022 di negara mereka. Intinya FIFA tidak memberatkan selama memenuhi standar tes mereka di antaranya tes pantulan, gulir bola, dan lain sebagainya.
Kendati begitu, seiring dengan perkembangan teknologi, sebagian besar lapangan berstandar FIFA ini memang menggunakan rumput hybrid, dengan porsi rumput alami lebih banyak dan rumput sintetis sebagai penopang.
Sejumlah stadion...