Kamis 06 Jul 2023 00:49 WIB

Berkat Bank Sampah, Yogyakarta Tekan 30 Persen Volume Sampah ke Piyungan

Saat ini bank sampah sudah tersebar di hampir seluruh RW Kota Yogyakarta.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Warga membawa sampah untuk setoran bulanan di Bank Sampah Suryo Resik, Suryodiningratan, Yogyakarta, Ahad (19/2/2023). Sejak 2013 warga RW 13 Kelurahan Suryodiningratan melakukan pengelolaan sampah secara mandiri melalui Bank Sampah Suryo Resik (BSSR). Setiap sebulan sekali nasabah menyetor sampah dan dicatat oleh pengurus. Saat ini, BSSR memiliki hampir 180 nasabah. Setiap pengumpulan sampah oleh nasabah bisa menghasilkan uang antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 jutaan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga membawa sampah untuk setoran bulanan di Bank Sampah Suryo Resik, Suryodiningratan, Yogyakarta, Ahad (19/2/2023). Sejak 2013 warga RW 13 Kelurahan Suryodiningratan melakukan pengelolaan sampah secara mandiri melalui Bank Sampah Suryo Resik (BSSR). Setiap sebulan sekali nasabah menyetor sampah dan dicatat oleh pengurus. Saat ini, BSSR memiliki hampir 180 nasabah. Setiap pengumpulan sampah oleh nasabah bisa menghasilkan uang antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 jutaan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Gerakan Zero Sampah Anorganik yang diusung Pemkot Yogyakarta sejak awal 2023, hingga Juni ini telah berhasil menekan jumlah sampah yang dibuang ke TPA Piyungan mencapai 30 persen atau sebanyak 87 ton per bulan.

Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menilai, keberhasilan itu tidak lepas dari peran dan kontribusi nyata bank sampah yang tersebar di hampir seluruh RW Kota Yogya. Pihaknya mengatakan, sejauh ini terdapat 614 bank sampah yang ada di 14 kemantren dan 45 kelurahan.

“Sampai dengan pertengahan 2023, kontribusi serta peran dari seluruh pemangku kepentingan terutama bank sampah, berhasil mengurangi 87 ton sampah atau 30 persen dari total sampah yang bisa dibuang ke TPA Piyungan,” jelasnya dalam Forum Bank Sampah se-kota Yogyakarta, di Royal Darmo Malioboro, Rabu (5/7/23).

Ia menjelaskan, hingga akhir 2023 ditargetkan pengurangan sampah yang dibuang ke TPA Piyungan bisa mencapai 100 ton. Ini dilakukan dengan melakukan penguatan pada pengurangan sampah organik dan residu, tidak hanya sampah anorganik saja.

“Ke depan Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta akan membentuk bank sampah induk, yang kegiatannya fokus pada distribusi terhadap sampah organik dan olahannya ke pelapak, seperti peternakan bebek, lele, sapi, maggot yang ada di luar Kota Jogja,” ujar ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta ini.

Pengelolaan sampah dan pengurangannya, tambah dia, bukan hanya soal kesiapan teknologi dan sarana prasarana saja. Tapi juga bagaimana bersama-sama membangun sistem sosial dan perubahan perilaku masyarakat.

Menurutnya, proses yang dilakukan bersama adalah bagian dari fakta sistem sosial yang efektif, bagi kepentingan pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta.

"Untuk itu tiap bank sampah harus mampu mengelola administrasi dengan baik, publikasi kegiatan semakin luas dan merancang sistematika pengelolaan sampah organik sesuai kondisi wilayah masing-masing,” tambahnya.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto mengungkapkan, skema bank sampah yang sejauh ini berjalan, dengan pemilahan, pengurangan dan penanganan sampah anorganik, terbukti dapat menekan jumlah sampah di Kota Yogyakarta.

“Upaya menggerakkan masyarakat dengan Gerakan Zero Sampah Anorganik, yang kemudian juga akan diperkuat pada pengelolaan sampah organik melalui biopori berbasis rumah tangga, losida, ecoenzim dan lainnya, merupakan satu kesatuan sinergis yang bisa membawa pada pencapaian pengurangan sampah hingga 100 ton,” ujarnya.

Pada Oktober nanti, lanjut Sugeng, untuk mengapresasi dan memotivasi anggota Forum Bank Sampah, akan diadakan Lomba Cerdas Cermat dan Anugerah Lingkungan untuk bank sampah di Kota Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement